Pertanyaan paling heits ketika kandungan udah masuk trimester akhir adalah, mau melahirkan normal atau SC?
Klu bagiku pribadi, mau normal ataupun SC, semua butuh perjuangan, semua butuh pengorbanan, dan semua ada resiko masing-masing. Tidak ada yang lebih hebat, mau lahiran normal ataupun SC. Semua Ibu hebat, memperjuangkan hadirnya buah hati tercinta ke dunia dengan taruhan nyawa, bagaimanapun caranya. Yang bisa lahiran normal, bersyukurlah, karena diberikan anugerah istimewa itu sama Allaah. Yang lahiran SC, juga harus bersyukur, karena diberikan kondisi istimewa sehingga harus bersusah payah naik meja operasi untuk melahirkan.
Ada banyak faktor yang membuat tindakan SC lebih aman bagi seorang Ibu untuk melahirkan bayinya, di antaranya:
- Kondisi bayi di dalam perut (gawat janin, posisi bayi, indikasi medis lain)
- Kondisi Ibu (pre eklamsia, ambeien, mata minus banyak, indikasi medis lain)
Alhamdulillaah, hingga usia kehamilan 7 bulan, posisi adek sudah bagus, sudah mapan klu kata orang, kepalanya udah pinter ada di bawah. Jarak dengan si mas yang 8 tahun lamanya juga in syaa Allaah sudah bagus dan aman bagi jahitan SC. Tekanan darah Mama normal (rata-rata 100/70, bisa lebih rendah saat laper). Sehingga wacana melahirkan secara normal mulai disinggung. Eh kenapa dulu si mas lahirnya SC? Karena mas VaRo sungsang dengan presentasi pantat pleeesss dia berkalung tali plasenta, jadi bayinya tuh nekuk jadi 2, yang di jalan lahir pantat, sedangkan kaki, tangan, kepala ngumpul semua di bagian atas, qiqiqiqi, ini kayaknya karena keseringan Mama ajak main bola pas di perut, pas nendang ke atas, ga bisa balik lagi kakinya ke bawah karena udah kesempitan. Cerita kelahiran mas VaRo bisa dibaca di sini yaa. :)
Mas VaRo posisinya FRANK BREECH + terlilit tali plasenta. Gambar dari Google |
Ini video kelahiran mas VaRo :
Daan berhubung Mama minus matanya sudah 5 (kanan kiri), maka bu dokter kandungan memberikan rujukan untuk periksa ke dokter spesialis mata. Eh kenapa begitu? Karena harus dicek syaraf matanya, apakah aman jika digunakan untuk mengejan.
Akhirnya, semalem kami sowan ke dr. Daddy A. Noeryoto di RS Mitra Keluarga Waru. Awalnya deg-deg an yaa, nanti mataku diapain buat ngecek syarafnya itu, maklum belum tau dan belum googling alias males, qiqiqiqiq.
Setelah menunggu, akhirnya dipanggil deh ke ruang prakteknya. Kesan sekilas saat masuk, ga jauh beda sama di Optik, isinya beberapa alat-alat medis buat meriksa mata, tempat tidur pasien, tempat konsultasi, yaa ga ada yang mengerikanlah tampilannya, membuat tenang, apalagi dokternya juga ramah bangetttt.
Ophthalmoscope Instrument, alias aneka alat buat meriksa mata. Gambar dari Google |
Setelah menjelaskan maksud dan tujuan, ini yang dilakukan padaku
1. Cek fokus mata
Memakai salah satu alat, seperti di Optik, yang kita ngintip ke lubang bergambar, lalu cekrik cekrik, selesai.
2. Cek kondisi minus mata
Ngeceknya sama kayak ngetes waktu mau ganti kacamata, disuruh nyebutin deretan huruf dan angka. Hasilnya, kacamataku masih oke. Minus masih tetap 5 dioptri. Alhamdulillaah ga nambah udah bertahun-tahun.
3. Cek tekanan mata
Di salah satu alat, masing-masing mata diberi tekanan, kayak ditiup klu pas kita kelilipan gitulah gambarannya. Alhamdulillaah tekanan mataku kanan 11, kiri 12 (batasnya 15, klu di atas itu masuk kondisi glaukoma)
4. Cek syaraf mata
Lagi dicek syaraf matanya |
Kali ini, kedua mataku diberi 2 tetes obat tetes mata (lupa namanya, kemasannya siy seperti obat tetes mata biasa itu). Lalu disuruh keluar ruangan dulu, menunggu sekitar 15-30 menit. Dalam jangka waktu itu, mataku akan ada reaksi berbayang, kerasa banget terutama buat baca tulisan, kabur gitu kayak ga pake kacamata, padahal lagi pakai. Selain itu, akan berefek sedikit mual dan pusing, kurang nyamanlah intinya. Walaupun aku tidak merasakannya, masih bisa ketak ketik di tab, qiqiqiqiq.
Ketika dipanggil masuk lagi, dilihat dengan salah satu alat, ternyata belum cukup lebar syarafnya. Akhirnya diulangi lagi memberi 2 tetes obat tetes mata yang berbeda (mungkin dinaikkan dosisnya), lalu keluar lagi, menunggu lagi. Hahahahha, jadi pasien terakhir akhirnya, karena bolak balik nunggu.
Kedua kalinya ini aku baru merasakan reaksi berbayang itu, tab udah masuk tas, pusing lihat tulisan, ples udah mulai ngantuk juga. Pas masuk lagi, dicek lagi, alhamdulillaah syarafnya sudah cukup melebar sehingga lebih mudah diamati.
Di alat itu, mata seperti disorot pake senter rasanya, lalu disuruh lihat ke depan, depan kanan, depan kanan pol, depan kiri, depan kiri pol, atas, atas pol, atas kanan, atas kanan pol, atas kiri, atas kiri pol, bawah, bawah pol, bawah kanan, bawah kanan pol, bawah kiri, bawah kiri pol. Diulang ulang sampai dokternya bisa menyimpulkan hasil pemeriksaaan. (berasa jadi penari Bali eh, mlerak mlerok, qiqiqiqi)
Oya, efek berbayang ini bisa terasa sampai setidaknya 6 jam pasca obat diteteskan ke mata. Beruntungnya aku periksa malam hari, jadi efeknya ga kerasa karena dipakai tidur.
Dan hasilnyaaaaaaaa...
Alhamdulillaah, berdasarkan pemeriksaan dokter spesialis mata, syarafku cukup tebal dan bagus, tidak ada retakan sama sekali, jadi aman untuk mengejan. Dokter menyatakan pro ACC melahirkan normal. Aku hanya diberikan vitamin retina yang dikonsumsi kira-kira semingguan sebelum HPL, fungsinya untuk menguatkan retina ples ada pengaruh baiknya juga buat mata si adek di dalam perut. :)
Mumpung dapet dokter yang ramah dan komunikatif, kumanfaatkan deh buat tanya-tanya, daripada kepo tak berujung, kan mending tanya ke ahlinya yaa. Biar ga sesat. Berikut aku rangkum dengan bahasa yang ga persis sama, yang penting maksudnya sama.
Apa hubungan minus mata dengan resiko melahirkan secara normal?
Saat melahirkan secara normal, ibu akan mengejan. Mengejan artinya hampir semua otot akan bekerja keras dan tegang, termasuk otot mata. Mata minus itu kondisi otot/ syarafnya sudah ga normal, jika ditambah tekanan lagi, bisa beresiko rusak
Kenapa klu retak syarafnya ga boleh lahiran normal?
Klu retak sarafnya, saat mengejan rawan pecah, retina bisa terlepas. Kemungkinannya (ga ada jaminan akan jadi yang mana) adalah 50% buta permanen, 50% bisa balik lagi dengan treatment tiduran terus selama seminggu hingga retina terpasang lagi. Jika ga bisa harus dengan tindakan medis yang rumit dan hasil yang tidak bisa 100% bagus. (aku ringkas penjelasannya soale ngeriii klu ditulis, qiqiqiqi)
Gimana klu sudah tau syarafnya retak tapi keukeuh ingin lahiran normal?
Bisa diberi tindakan laser untuk menyumbat/ merapatkan yang retak tsb. Baru aman
Pada minus berapa pada umumnya kondisi syaraf sudah retak?
Tidak pasti, tergantung orangnya. Ada yang minus 3 tapi sudah retak. Ada juga yang minus 5 tapi syarafnya tebal dan bagus seperti Ibu. Tapi pada minus 8 atau 9 ke atas, dokter spesialis mata biasanya tidak akan pro lahiran normal, karena pasti ada retakan syaraf, meskipun kecil, tetap beresiko.
Agak melenceng, apakah lasik benar bisa membuat mata minus sembuh total?
Tergantung aktivitas hariannya, klu menatap layar monitor terus menerus, dan pola hidup kurang bagus, ga menutup kemungkinan bisa kambuh lagi. Lasik sebaiknya dilakukan saat minus mata minimal setahun atau 2 tahun ga bertambah. (wah aku banget ini, udah bertahun-tahun alhamdulillaah minusnya tetep, cuma takut aja mau lasik, lagian kata suami, aku cantikan klu pake kacamata, anak lanang juga bilang, Mama klu ga pakai kacamata kelihatan aneh, qiqiqiqiqiq).
Naaahh, bagi para bumil, yang kebetulan punya minus mata mayan banyak, yuk periksa ke dokter spesialis mata dulu, jika akan melahirkan secara normal. Mencegah lebih baik daripada mengobati kan? Semoga bermanfaat yaa :)
0 komentar:
Post a Comment