Tuesday, September 13, 2016

Field Trip: Serunya Cave Tubing di Goa Pindul



Setelah keluar dari kawasan Pantai Indrayanti, kami mencoba lewat jalan lain yang katanya lebih dekat dibanding kami balik lagi lewat Jogja *manut GPS*. Jalanannya masih sama, berkelak kelok, relatif mulus meskipun sempit, ga recommended buat bus untuk lewatlah pokoknya. Di pinggir jalan banyak bertebaran kuliner aneka olahan belalang, ada yang manis, pedas, original, balado, dll. Sayangnya kapan bulan habis dikirimin belalang sama Ibu mertua, jadinya masih ogah ngerasain lagi. 

Belalang goreng kiriman Ibu mertua, nyummiiii

Seperti biasanya, saat perut kenyang maka terbitlah mengantuk, akhirnya terlelaplah diriku. Entah setelah berapa lama, dibangunin sama suami dibilangin "Mah, Mah, Goa Pindul Mah". Jeng jeng jeeengg, langsung melek lebaaarrrr. Ya memang ini salah satu wish list yang hampir kecoret karena masalah waktu ples dikiranya ga kelewatan pas pulang ini, karena kami ngikut arahan GPS. Ternyata alhamdulillaah masih rejeki, kelewatan ya mampirlah, masak dilewatkan, rugiiiii!!! 

Tiket masuk area Goa Pindul @IDR.10.000 per orang

Setelah berbelok sesuai petunjuk arah, kami dibuntutin oleh seseorang bersepeda motor. Waduh, udah serem aja bawaannya. Ternyata si mas-mas itu bilang mau nunjukin tempat terdekat dengan Goa Pindul. Hah?! Di tengah keheranan, akhirnya kami setuju, apalagi mas-nya bilang jasanya free *meskipun tetep nantinya ada salam tempel buat kesopanan yaa*. Kamipun gantian membuntutinya. Keheranan makin bertambah karena nyatanya kami melewati beberapa tempat parkir bertuliskan "Parkir Goa Pindul". Whaattss, mau dibawa kemana kita? Lha kok mas-nya masih mbablas aja. Di jalan itu kami bertemu beberapa "pajero Pindul" yang mengangkut orang dan ban pelampung. Hayah, makin kepo, ini bagaimana sebenernya. 

Akhirnya sampailah kami di gang yang agak sempit dan kurang meyakinkan, masak iya siy ini paling dekat dengan Goa Pindul? Alhamdulillaah, ternyata kami termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Ini beneran deket bangettt sama Goa Pindul, ga perlu naik-naik pickup, cukup jalan kaki sebentar udah nyampe Goa. 

Kami segera berganti kostum, lalu menuju loket pembayaran. Tarif untuk Cave Tubing di Goa Pindul sebesar IDR.35.000 per orang. Karena basah-basahan, dan daripada resiko gadget kecelup air, maka kami sekalian nyewa jasa photographer yang dibandrol IDR.100.000 sajah *nanti hasil fotonya akan diberikan berupa CD dan bisa juga minta transfer langsung ke HP, kami mendapatkan 100 lebih foto-foto cantik*. Ada tempat penitipan barang berharga di sebelah loket pembayaran itu, jadi ga perlu kuatir dengan barang bawaan kita, in syaa Allaah aman. 

Kamipun lalu menunggu dipanggil, suasananya mirip lagi nunggu antrian bus di terminal, qiqiqi. Ketika nama suami dipanggil, kami bergegas untuk mengambil ban dan juga mengenakan jaket pelampung, beruntung kami menyewa mas poto, jadi berasa artis gitu, dikawal. 

Daan keseruanpun dimulai. Goa Pindul ini panjangnya sekitar 350m, jarak antara permukaan air dengan atap goa sekitar 5 m, lebar rata-rata 4 m, airnya tenang, dan dibagi 3 zona, zona terang (kedalaman 1-5 meteran), remang (kedalaman 7 meteran), dan gelap (kedalaman 12 meteran). Masing-masing orang akan saling berpegangan (memegang tali ban sebelahnya), didampingi 1 pemandu yang bercerita *ceritanya tentang legenda dan aneka ornamen goa*, dan untuk kami, ada mas poto yang siap mengabadikan momen seru ini. Cave Tubing ini tidak sampai 1 jam, tapi serunya sampe ke hatiiii, aahhh beyond my expectation. 

Lets Start this Cave Tubing


Ada beberapa goa lain dengan aliran sungai di daerah Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, Jogja ini. Namun memang yang sedang naik daun adalah Goa Pindul. Menurut legenda, nama Goa Pindul dan goa lainnya itu berkaitan dengan cerita pengembaraan Joko Singlulung mencari Ayahnya. Setelah mendaki gunung lewati lembah, menjelajah hutan dan sungai, si Joko ini masuk ke salah satu goa, trus kebentur batu, jadilah nama Goa Pindul dari kata "Pipi Gebendul". Di goa ini ada beberapa ornamen cantik seperti batu kristal, moonmilk, stalagtit, dan stalagmit yang indah. Ada pilar raksasa bentukan alam yang usianya mencapai ribuan tahun. Di beberapa bagian atap goa juga ada lukisan alami karya kelelawar penghuni goa.

Batu stalagmit "Perkasa" di zona remang
Konon jika pria bisa memegangnya akan menjadi pria perkasa

Batu stalagtit "Mutiara" di zona remang
Di pucuknya kayak ada mutiaranya yang berkilau
Para "Kampret"/ kelelawar kecil penghuni goa di zona gelap
Kampret ini pemakan nyamuk/ serangga, tidak mengganggu manusia
Batu stalagtit "Tirai", bentuknya unik ya
Batu "Kristal"
Aslinya glow in the dark, kelihatan cantik saat disorot senter
Di foto ini tidak begitu jelas karena terkena flash kamera
Konon katanya, klu seorang perempuan
"ketetesan" alias terkena tetesan air dari batu stalagtit itu
maka akan bertambah cantik dan awet muda

Di dalam goa, ada bagian yang menyempit dan hanya cukup untuk lewat 1 ban pelampung saja, saat melewatinya, pengunjung diminta untuk menekuk kakinya ke posisi bersila supaya muat lewat. Beberapa puluh meter sebelum berakhir, ada satu tempat seperti kolam besar yang berlobang atap goanya. Tempat ini biasa dijadikan tempat beristirahat, berenang santai, atau terjun dari sisi tebing goa. Kamipun ga tahan buat ikutan nyemplung meskipun kemampuan berenang mendekati nol, percaya aja ama live vest yang kami pakai. Dan pura-pura aja ga tau klu kedalaman airnya antara 5 - 7 meter di bawah. Sambil berenang ala-ala, kami melanjutkan perjalanan hingga keluar goa dan bertemu dengan Bendungan Banyumoto peninggalan jaman Belanda.

Di ujung sana guanya menyempit, jadi kakinya harus dilipat bersila
Kami mulai nyemplung, modal yakin dan percaya aja sama live vest

Rasanya sebentar aja udah kelar, sampai si anak lanang protes, "Yaaahh, kok udah selesai, Ma?". Pokoknya Cave Tubing ini recommended bangetttt ngettt ngettt, tentunya berkunjunglah saat cuaca cerah alias tidak hujan yaa, klu bisa jam 10-11 pagi, katanya itu jam paling tepat supaya bisa melihat "cahaya surga" menerobos melewati goa bolong. Dan jangan kuatir, ga ada buayanya, karena itu adalah pertanyaan pertamaku sebelum nyemplung, memastikan ga ada buaya di dalam air. 

Berenang dengan gaya bebas suka-suka, pura-pura ga tau kedalaman airnya 5 meter



Naaahh, klu kalian mau seseruan dan langsung di lokasi terdekat dengan Goa Pindul, bisa hubungi kontak di bawah ini yaaa, semoga bermanfaat. Sampai jumpa di acara ngebolang kami berikutnyaaa (Goa Sioyot, Goa Glatik, dan River Tubing Oyo, masih ada banyak yang belum kami kunjungi di Bejiharjo) *dadah dadah syantik*. 

TripGoaPindul.com
Gelaran 1 RT.5 RW.15, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, 55891
CP: LEO 0856 1777 129/ 0812 2920 2999/ 2B07398E
Email: tripgoapindul@yahoo.com

Monday, September 12, 2016

Field Trip: Pantai Indrayanti yang Bersih dan Indah





Perjalanan dari Kota Jogja ke Pantai Indrayanti sekitar 2 jam. Makanya kami bangun pagi-pagi, tapi tetep pake acara mandi yaa, kecuali anak lanang yang ngambek, maunya mandi di pantai aja. Saking kecewanya hanya dia aja yang ga mandi, sampe drama tangisan bermenit-menit. Setelah check out, kami sepakat langsung aja meluncur ke TKP tanpa sarapan, karena emang belum lapar dan masih ada cemilan yang bisa dibuat ganjel perut. Pastikan juga bahan bakar sudah full tank dan mobil berkondisi prima. Bawa uang cash secukupnya, karena tidak ada ATM di sekitar kawasan pantai, masak iya mau ngutang atau nyuci piring gegara ga bisa bayar cash? 

Dari arah Jogja, kami melaju ke jalan raya arah Parangtritis, lalu ikuti saja petunjuk jalan yang bertebaran di pinggir jalan. Ternyata Gunung Kidul itu jalannya relatif mulus dan banyak berjajar pantai-pantai indah yang melambai mengundang kami untuk mampir. Apalah daya karena keterbatasan waktu, untuk kali ini kami ke Pantai Indrayanti dulu. We will back to another beach next time, uhuuyy. 

Klu ada ombak datang, loncaaatttt

Pantai Indrayanti ini sebenernya bernama asli Pantai Pulang Syawal (Pantai Pulsa). Kenapa kok jadinya disebut Pantai Indrayanti? Sesungguhnya Indrayanti adalah nama pemilik tempat makan di pantai ini. Mungkin karena namanya lebih mudah disebut dan lebih komersil, makanya lebih beken nama aliasnya dibanding nama aslinya. Udah mirip artis aja ya, pake nama panggung. 

Tiket @IDR.9.500, Asuransi Jasa Raharja @IDR.500

Sesampainya di kawasan Pantai Indrayanti, kami segera mencari tempat parkir dan langsung menuju bibir pantai. Fasilitas pantai yang turut dikelola oleh pihak swasta sepanjang 250 m ini lumayan kumplit lho mulai toilet, mushalla, tempat makan, penginapan, persewaan tikar buat duduk-duduk (IDR.20.000 sepuasnya), persewaan Jet Sky (IDR.250.000/ 15 menit) klu mau berpetualang ke lautan, dll. Saat kami datang, kebetulan laut sedang pasang, jadi karang-karang cantiknya tidak kelihatan tertutup air laut. Pantainya putih dan bersiiiihhhh. Ada menara pantau tempat Polisi Pantai mengawasi kegiatan pengunjung. Mereka menegur pengunjung yang mainnya terlalu ke tengah, juga mengingatkan yang lain untuk menomor satukan keselamatan diri. Kebersihan pantai ini tak lepas dari tegasnya para petugas, mereka tak segan memberi sanksi dan denda IDR.10.000 kepada siapa saja yang ketahuan membuang sampah sembarangan. Heeemmmm, perlu diadopsi pantai-pantai lain ini yaa, sedih deh sama kesadaran pengunjung yang jongkok, padal sejak bangku SD sudah diajarin untuk membuang sampah pada tempatnya, tapi kok ya ga dilakuin, sungguh ter.. la.. lu.. 

Nyewa tikar trus dibawa kemana-mana sesukanya

Salah satu Jet Sky yang disewakan

Suasana di tepi pantai

Saat liburan, ramai pengunjung

Seperti biasa, kami klu ngebolang tidak mengejar jumlah destinasi, kami lebih menikmati sepuas-puasnya setiap destinasi yang kami kunjungi. Menikmati deburan ombak yang lumayan gedhe *sampai Emaknya ini jiper duluan, padal yang lain happy*, bermain pasir pantai yang putih bersih bebas sampah, merasakan angin pantai membelai tubuh, uuhh, rasanya enggan beranjak klu ga ingat matahari semakin tinggi, dan perut yang belum terisi sarapan udah mulai main orkestra. 


Dengan enggan kami beranjak, untuk mandi, lalu makan tentunya. Di sekitar pantai ada banyak pilihan tempat makan. Awalnya ingin yang deket bibir pantai, ternyata kami kurang beruntung, sudah ada pesanan untuk prasmanan puluhan orang. Hiks, belum rejeki, jadi kami move on ke tempat makan di depannya. Alhamdulillaah masih bisa makan di situ, karena beberapa saat kemudian sudah ditolak juga, karena ada yang pesan menu untuk 50 orang. My oh My, semua pada mau makan rupanya. Oya, di dekat parkiran, ada yang jual aneka hasil laut yang dibikin keripik, ada udang, cumi, rajungan, rumput laut, undur-undur, dan lainnya. Tentunya kami ga melewatkan jajanan yang khas itu yaa, apalagi harganya cukup terjangkau, bisa campur lagi, jadi bisa merasakan semuanya sekaligus, nyummiii. 


Setelah perut kenyang, kami segera balik ke mobil, rencananya mau langsung balik ke Blora aja, supaya ga kemaleman sampai rumah. Hhhmmm sungguh liburan yang menyenangkan, rasanya masih pingin ngebolang lagi deh, menikmati sunset di pantai sekalian dinner di gazebo romantis juga sepertinya. 

Sunday, September 11, 2016

Field Trip: Menikmati Keindahan Merbabu dan Merapi dari Ketep Pass




Setelah berkeliling Candi Borobudur, kami istirahat sejenak di kantin dekat Museum Kapal sambil berpikir, "Kemana lagi habis ini?". Ini memang agak-agak tidak seperti biasanya, kali ini kami masih gambling, habis Borobudur, mau balik Jogja dan City Tour, atau ke Ketep Pass, atau entah kemana. Setelah menimbang, mengingat, dan memutuskan, akhirnya kami pilih Ketep Pass. Klu masih beruntung, nti malem aja malem mingguan di Malioboro. 

Berhubung sudah masuk waktunya makan siang, sambil jalan ke Ketep Pass, sambil tengak tengok nyari tempat makan yang nyaman. Alhamdulillaah ketemuuu, tempat makannya agak ngumpet dari jalan besar, tapi saungnya enak bangett, parkirannya juga rindang pepohonan, dan sepertinya rumah makan ini bekerjasama dengan tour guide, soalnya yang dateng rombongan-rombongan gitu. Kami memesan Udang Galah Bakar Madu, Gurame Bakar Madu, Karedok, dan minumnya jus kelapa muda dan es kelapa muda. Nyummiiiii. Setelah perut kenyang, baru kami lanjutkan perjalanan lagi. Karena menuju puncak, jalannya pun asyik bangett, berkelak kelok, dan menanjak tajam. Jujur aja aku kurang menikmati saat naik ini, karenaaaa, penyakitnya kambuh, habis makan trus ngantuk, jadilah molor. Bangun-bangun udah hampir mau sampai Ketep. 

Menu maksi minus Karedok dan minumannya
Saung Makan Bu Empat Spesial Udang Galah dan Ikan
Jl. Raya Borobudur - Ngrajek, Mungkid, Magelang
087.719.183.992

Tiket Ketep Pass, Asuransi Jasa Raharja itu besarannya IDR.500

Ketep Pass diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri tanggal 17 Oktober 2002. Dari puncak tertinggi di Ketep Pass ini (Pelataran Panca Arga), kita bisa menikmati keindahan alam Ketep yang dikelilingi oleh 5 gunung, yaitu Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Slamet *meskipun aku cuma bisa ngenalin Merapi dan Merbabu aja, qiqiqi*. Ketep Pass buka dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Berfoto di Ketep Pass ini juga untung-untungan, klu beruntung pas banget 5 gunung terlihat tanpa tertutup kabut. Jam yang dianjurkan untuk mengunjungi tempat ini adalah saat pagi hari, biasanya cuaca cerah dan minim kabut. Tapi klu gandengannya sama Borobudur, yaa mesthi ada yang mengalah, karena ke Borobudur pas siang juga bukan pilihan bijak.  

Setelah berpanas ria di Borobudur trus ke Ketep Pass itu seperti habis dari atas kompor trus masuk kulkas, mak nyeeeessss. Anginnya segeerrr, hawanya makin sore makin dingiiinn, airnya juga kayak air es, enak bener. Kami menyewa "binocular" IDR.5.000 saja, dipakai sepuasnya. Yang paling girang ya tentu saja mas VaRo, dia langsung disibukkan dengan acara meneropong. Ada juga teropong besar yang disewa dengan koin senilai IDR.3.000 untuk beberapa menit. Setelah puas memanjakan mata, kami bergeser ke Ketep Volcano Theatre, pemutaran Film Dokumenter Meletusnya Merapi tahun 2010 akan diputar terakhir jam 15:30, pas bener deh. Setelah bertegang ria nonton, kami lanjut ke Vulcano Centre - Museum Vulkanologi. Melihat berbagai hal tentang Merapi, mulai asal-usulnya ribuan tahun silam, letusan-letusannya, batu-batuannya, foto-foto, maket, dll. Di sekitar Ketep Pass juga banyak kuliner yang bisa dicobain. Klu dingin-dingin paling pas yaa jagung rebus atau jagung bakar yaa, minumannya juga yang anget-anget.

Teropong besar, sewa IDR.3.000 untuk beberapa menit

Teropong kecil alias binocular, sewa IDR.5.000 sepuasnya

Miniatur Merapi yang dibuat semirip aslinya
Bagaimana pendapatku tentang Ketep Pass? Allaahu Akbar, keren bingiitt, ini adalah spot terbaik untuk melihat lukisan Allaah yang berdampingan, yaitu Merbabu dan Merapi. Klu penat dengan urusan duniawi yang ga ada habisnya, bisa jalan ke sini, menikmati alam, dan me-refresh diri, apalah arti secuil masalah itu, kita punya Allaah yang Maha Besar, yang menciptakan semua jagad raya ini. 






Melihat ramenya kayak gini, klu bisa foto tanpa "iklan" itu sesuatu bangett yaa


Karena hari semakin sore, kamipun segera bergegas kembali ke Kota Jogja, kali ini kami menginap di Hotel Citradream di dekat Tugu. Check in, membersihkan diri dan berganti kostum, lalu berangkat lagi ke Malioboro menikmati malam minggu sambil makan malam di angkringan, asyiiiiikkkk. Btw, Hotel Citradream ini bagus dan nyaman, bisa melihat pemandangan malam di jalanan Jogja, kamar dan kamar mandinya luas, dan yang penting, bisa membuatku tidur dengan nyenyaaakkk. Karena besok, perjalanan ngebolang masih panjang dan menyenangkan.