Sunday, May 24, 2015

Keep Smile


😄"SENYUM" itu ringan tak bersuara, tapi penuh makna..
😄"SENYUM" itu murah, tapi tak ternilai dengan rupiah..
😄"SENYUM" itu tak butuh tenaga, tapi besar motivasinya..
😄"SENYUM" itu hal yang mudah, tapi selalu nampak indah..
😄"SENYUM" itu 1 hal yang biasa, tapi bisa jadi spesial..
😄"SENYUM" itu ibadah yang paling mudah, tapi berpahala setara dengan sedekah..

Penuhilah hari-hari  dengan senyuman manis agar semua orang ikut tersenyum...

Met berlibuuuuurrrr....😘😘🌹🌹❤❤

#Muhasabah
#SilakanShare
#FromShareToShared

Sunday, May 17, 2015

Field Trip: Pantai Goa China, Malang Selatan



Sabtu pagi seperti biasa, saat sarapan sambil ngobrol, nanyain anak lanang pingin ke mana? Katanya pingin ngepantai, okeilah, mari ke pantai. Pertanyaannya adalah, pantai mana? :)

Biasanya, kami meluncur ke Pantai Camplong. Tapi kali ini pingin yang beda ah, refreshing gitu. Dan tercetuslah Pantai Goa China di Dusun Tumpak Awu, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Langsung search koordinat dan ancer-ancer, lalu packing cepet-cepet, dan sekitar jam 10 pagi, kami berangkat ke Malang. Kami melewati rute: Sidoarjo - Malang - Turen - Sendang Biru. Sekitar 1,5 km sebelum pantai Sendang Biru ada pertigaan, belok kanan ke arah Pantai Bajul Mati. Dari pertigaan tersebut kurang lebih 5 km sebelah kiri jalan ada papan penunjuk Pantai Goa China. Belok kiri kira-kira 1,4 km dengan medan jalan berbatu-batu sampai akhirnya ada loket tiket masuk Pantai Goa China. Papan petunjuknya sudah lengkap kok, tapi kalau baru pertama kalinya, bisa nyalakan juga GPS satellite/ GPS HPmu supaya lebih tenang. :)

Di depan belok kiri yaaa, ke jalan bebatuan itu

Sepanjang perjalanan mata akan dimanjakan dengan jalanan berkelak kelok, hutan, dan jurang di kanan kiri. Tapi mata pak supir beneran ga boleh meleng yaaa. Pesan kami untuk yang mau ke Pantai Goa China:
- Kondisi mobil harus prima dengan bahan bakar full tank
- Bawa uang cash secukupnya, minimal 1 juta
Kenapa begitu? Karena eh karena, pantai ini beneran masih "alami". Dan di sana tuh masih sepiiiiiiiii, ga ada yang namanya pom bensin, bengkel, ATM, minimarket. Credit Card juga ga ada gunanya, jadi yaa persiapkan kebutuhan sebaik mungkin. :)


Kami sampai kawasan Sendang Biru udah hampir Maghrib, jadilah kami memutuskan untuk menginap di Homestay yang banyak terdapat di arah TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Kenapa di homestay bukan di hotel? Karena di dekat sana belum ada hotel, dan kami maunya pagi-pagi udah ngepantai. Sebenarnya di kawasan Pantai Goa China sudah ada beberapa Homestay, namun berhubung baru pertama kali dan belum tau juga medannya seperti apa, jadi kami pilih amannya saja, cari penginapan sebelum gelap. Alhamdulillaah kami dapet kamar di balkon, jadi lebar dan segar, tarif semalamnya Rp.200.000. Fasilitas yaa buat mandi ama minum aja, makan malam bisa di pasar malem di dekat TPI, banyak pilihan.

Minggu pagi, sehabis mandi dan shalat, kami langsung meluncur ke pantai Goa China. Subhanallaah, rasa capek dan kroni-kroninya langsung terbayar lunas. Pemandangannya luar biasa, ombaknya seruu, pasirnya indaah, klu ga malu udah jingkrak-jingkrak kegirangan deh. Jadilah kami puas-puasin main pasir dan koceh. Bermain dengan hati senang memang beda yaa, belum sarapan juga ga kerasa lapar, saking asyiknya. Kami baru beranjak malas pergi dari pantai jam 9 lebih, trus langsung sarapan di salah satu warung makan yang berjajar di sepanjang pantai. Setelah perut kenyang, mandi deh. Di sana banyak tersedia toilet, kami pilih yang paling dekat, bayar Rp.2.000 buat mandi. Eh kenapa gitu pakai mandi segala, pan tadi udah pas mau berangkat. Qiqiqiqi, karena kami beneran gulung-gulung di pasir, menikmati gituh, bisa gatal-gatal klu ga mandi dunk.

Kenapa disebut Pantai Goa China, padahal konon nama aslinya adalah Pantai Rowo Indah. Ceritanya, sekitar 20 tahunan silam, ada seorang pertapa China yang meninggal di Goa yang ada di kawasan pantai. Sekarang ditandai dengan semacam gapura klenteng gitu. Ada 3 pulau yang berdiri gagah di tengah-tengah pantai, membuat mata tertambat karena keindahannya, yaitu Pulau Bantengan, Pulau Goa China, dan Pulau Nyonya. Fasilitas yang tersedia di antaranya adalah warung makan, musholla, kamar mandi, tempat parkir, tempat persewaan tenda. Berhubung pantai ini terletak di selatan Jawa, maka bisa dipastikan ombaknya pasti gedhe dan beberapa tempat kedalamannya curam. Jadi jangan sekali-kali ngeyel mau uji nyali berenang sampai ke tengah yaa, cukuplah koceh di bibir pantai sambil menunggu disapa sang ombak, itupun juga tetep kudu hati-hati, supaya ga ikut keseret ombak. Oya, salah satu yang kusuka dari wisata alam adalah, tiket masuk dan parkirnya murah meriah, ramah di kantong. Lain waktu kalau ke Goa China lagi, sepertinya lebih enak camping yaa, ditemani deburan ombak yang menghantam karang, pasti seru, apalagi yang camping di sana juga lumayan banyak. :D











Selanjutnya kami mampir ke Pantai Sendang Biru, yang terlewati saat jalan pulang. Mungkin hanya sekitar 30 menit perjalanan saja. Dinamakan pantai Sendang Biru karena di pantai ini terdapat sumber mata air (Sendang) yang berwarna biru. Fasilitas yang tersedia untuk wisatawan diantaranya seperti, penginapan, guess house, rumah jaga dan persewaan perahu. Daya tarik utama Sendang Biru adalah kealamian Cagar Alam Pulau Sempu, sebuah pulau yang menutupi Sendang Biru dari ganasnya ombak laut selatan, antara bibir pantai dan Pulau Sempu hanya dipisahkan Selat Sempu selebar sekitar 4 km saja. Di sana, kita bisa berbelanja ikan segar dengan harga relatif murah, karena Sendang Biru dikenal sebagai tempat pelelangan ikan di Malang.

Pantai Sendang Biru

Jika kurang puas bermain pasir di Sendang Biru, kita bisa menyewa perahu untuk berkeliling ke Pulau Sempu (tarif sekitar Rp.50.000 untuk perahu dayung, dan Rp.100.000 untuk perahu motor). Eksotisme bibir pantai di pulau ini cukup mengagumkan. Di sini para pengunjung bisa melihat sebuah telaga yang sangat mempesona bernama Telaga Anakan. Selain itu ada juga Telaga Sat dan Telaga Lele yang tidak kalah indah. Kita dapat memancing, berenang, berjemur, serta menyelam di sekitar pulau.

Ga lama melihat-lihat, kami langsung keluar lagi, lanjut jalan. Karena yaa Malang Surabaya tuh sekarang waktu tempuhnya ga bisa diprediksi, itu yang bikin agak males klu jalan ke selatan, semogaaaa tolnya lekas jadi yaa, biar 2 jam aja udah nyampe. ^_^

*Satu lagi pesan kami untuk para bolangers, JAGALAH KEBERSIHAN, buanglah sampah di tempatnya. Kebersihan kan sebagian dari iman, kalau situ beriman, pasti dengan senang hati dan otomatis akan menjaga kebersihan dimanapun berada. Salam bolangers.

Field Trip: Masjid Tiban, Turen, Malang


Berhubung kami melewati Turen, ga afdol rasanya klu ga mampir ke yang namanya Masjid Tiban di Turen. Penasaran gitu, katanya kan arsitekturnya indah, trus konon lagi, tiba-tiba ada aja gitu. Namanya juga banyak, ada yang nyebut Lawang Sewu-nya Malang, dll.

Daripada tanda tanya semakin banyak, lebih baik segera dituntaskan supaya ga jadi jerawat. Ternyata oh ternyata, Masjid Tiban ini adalah bagian dari Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah. Karena tempatnya yang masuk gang, tidak terlihat dari jalan raya, jadilah orang-orang mengetahui pas bangunan sudah jadi megah, dibuat keheranan dan menyebutnya Masjid Tiban (Ajaib, tiba-tiba ada). Alamatnya di Jalan KH. Wahid Hasyim Gang Anggur No.10, RT 07 / RW 06 Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang

Akses masuk ke gerbang sangat sempit, hanya muat untuk 1 mobil saja. Untuk rombongan pengunjung yang menggunakan bus, harus berjalan agak jauh, karena parkiran bus ada di pinggir jalan raya. Sedangkan mobil biasa bisa parkir di dalam area Ponpes.


Saat masuk, pengunjung akan diminta lapor ke Pusat Informasi, gratis tidak dipungut biaya sama sekali, hanya menyebutkan nama, asal, dan tujuan berkunjung, lalu akan diberikan kertas, yang nantinya juga berfungsi untuk pemeriksaan kendaraan saat keluar dari parkiran. Jadi begitulah, masuk ke Masjid Tiban ini seperti berpetualang ke negeri dongeng, dengan arsitektur bangunan yang megah bercorak dominan putih dan biru di bagian luar serta banyaknya pintu di sana sini. Pintu masuknya dibuat berlorong dan dihiasi dengan lampu yang memberikan kesan tersendiri. Sayang sekali kami ga sampai ke lantai teratas, karena VaRo sudah capek, dan juga lapar. Alhasil kami segera aja ke semacam Pujasera di bagian belakang Ponpes, di sebelah parkir mobil. Oya, karena ini kawasan Ponpes, maka kenakanlah pakaian yang menutup aurat yaa.


Pondok Pesantren tersebut konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Kiai Ahmad. Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai, tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola oleh para Santriwati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya.

Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.

Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan timur tengah, china dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. 

Alhamdulillaah, sudah terbayar lunas semua kemal yang ada, sekarang kalau ada yang menyebut Masjid Tiban Turen, kami sudah tahu. ^_^

Monday, May 04, 2015

Keyza Ayila May, buah hatiku


Hampir 3 bulan denganmu
Satu darah satu nafas
Menikmati suka dan duka bersama
Mematri jutaan rasa di jiwa
Terima kasih, pelangi kecilku
Sampai kapanpun, kau tetap di hatiku
Di hati lelaki kecilku
Dan di hati lelaki pujaanku
We always love you :*

Puisi ini kuberikan untuk calon buah hatiku, yang qadarullaah, tidak bisa dipertahankan lagi keberadaannya di rahimku. Sedih? Pastilah, apalagi VaRo sudah ngidam punya adek cewek. Nama "Ayila" yang indah dan ternyata berarti "cahaya" dalam bahasa Sansekerta adalah pemberian sang Kakak. VaRo ingin adeknya dipanggil Yila. Lalu kusempurnakan menjadi Ayila, supaya enak disandingkan dengan marga keluarga kami, Keyza.

Dan bukan hanya aku saja yang merasakan kesedihan, yang menumpahkan literan air mata. Suamiku, bahkan VaRo juga sama, dengan tersedu VaRo berujar, "Mama, aku sedih, ga jadi punya adek". Dan semakin teriris irislah hati ini.

Ini bukan kali pertama aku kehilangan calon anak. Dulu, di tahun 2007, aku juga pernah kehilangan Rayyan. 6 Bulan berselang, hadirlah VaRo di rahimku. Oya, kalau dulu saat mau kuret Rayyan, yang sakit adalah area belakang tubuh, pinggang berasa mau patah, tulang berasa geser semua dari engselnya, bener-bener pegel. Kalau Yila ini, yang sakit adalah perut, ma syaa Allaah, setiap kali kontraksi datang, rasanya seperti diremas, diiiii entahlah bagaimana mengungkapkannya dengan kata, yang jelas rasanya sungguh luar biasa sakit. Kata orang, kalau yang sakit belakang, anaknya cowok, klu yang sakit perut, anaknya cewek. Wallaahu 'alam, yang selalu komohonkan ke Illahi robbi adalah, semoga tak lama lagi, Allaah memberikan kepadaku anugerah seorang puteri yang cantik shalihah, yang sehat jasmani rohani tidak kurang satu apapun juga, aamiin YRA. Doakan yaa pembaca.. :)