Sunday, May 17, 2015

Field Trip: Masjid Tiban, Turen, Malang


Berhubung kami melewati Turen, ga afdol rasanya klu ga mampir ke yang namanya Masjid Tiban di Turen. Penasaran gitu, katanya kan arsitekturnya indah, trus konon lagi, tiba-tiba ada aja gitu. Namanya juga banyak, ada yang nyebut Lawang Sewu-nya Malang, dll.

Daripada tanda tanya semakin banyak, lebih baik segera dituntaskan supaya ga jadi jerawat. Ternyata oh ternyata, Masjid Tiban ini adalah bagian dari Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah. Karena tempatnya yang masuk gang, tidak terlihat dari jalan raya, jadilah orang-orang mengetahui pas bangunan sudah jadi megah, dibuat keheranan dan menyebutnya Masjid Tiban (Ajaib, tiba-tiba ada). Alamatnya di Jalan KH. Wahid Hasyim Gang Anggur No.10, RT 07 / RW 06 Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang

Akses masuk ke gerbang sangat sempit, hanya muat untuk 1 mobil saja. Untuk rombongan pengunjung yang menggunakan bus, harus berjalan agak jauh, karena parkiran bus ada di pinggir jalan raya. Sedangkan mobil biasa bisa parkir di dalam area Ponpes.


Saat masuk, pengunjung akan diminta lapor ke Pusat Informasi, gratis tidak dipungut biaya sama sekali, hanya menyebutkan nama, asal, dan tujuan berkunjung, lalu akan diberikan kertas, yang nantinya juga berfungsi untuk pemeriksaan kendaraan saat keluar dari parkiran. Jadi begitulah, masuk ke Masjid Tiban ini seperti berpetualang ke negeri dongeng, dengan arsitektur bangunan yang megah bercorak dominan putih dan biru di bagian luar serta banyaknya pintu di sana sini. Pintu masuknya dibuat berlorong dan dihiasi dengan lampu yang memberikan kesan tersendiri. Sayang sekali kami ga sampai ke lantai teratas, karena VaRo sudah capek, dan juga lapar. Alhasil kami segera aja ke semacam Pujasera di bagian belakang Ponpes, di sebelah parkir mobil. Oya, karena ini kawasan Ponpes, maka kenakanlah pakaian yang menutup aurat yaa.


Pondok Pesantren tersebut konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Kiai Ahmad. Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai, tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola oleh para Santriwati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya.

Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.

Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan timur tengah, china dan modern. Untuk pembangunannya pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok. 

Alhamdulillaah, sudah terbayar lunas semua kemal yang ada, sekarang kalau ada yang menyebut Masjid Tiban Turen, kami sudah tahu. ^_^

0 komentar: