Saturday, December 27, 2014

Field Trip: Museum Trinil, Ngawi, Jawa Timur



Masih di Ngawi, selain Benteng Pendem, kali ini kami menyempatkan pergi ke Museum Trinil. Trinil adalah salah satu situs paleoantropologi, adeknya situs Sangiran. Lokasinya di Desa Kawu, Kelurahan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, sekitar 13 km ke arah Solo kalau dari Ngawi. Ada papan penunjuk arahnya kok, dari arah Ngawi nanti belok ke kanan, dan ikuti saja jalannya. Museum ini terletak di tepi Bengawan Solo. Orang purba memang bertempat tinggal di lembah sungai ini, sekitar sejuta tahun yang lalu, jaman Pleistosin Tengah.


Saat masuk area parkir, pengunjung harus melapor dan membayar retribusi, kemarin kami berdelapan, dengan 3 orang dewasa, membayar Rp.23.000,- untuk parkir dan tiket masuk. Masuk wilayah museum, terdapat patung gajah dengan ukuran yang sebenarnya, dilengkapi dengan gading yang sangat panjang. :)

Selain patung gajah, juga terdapat monumen penemuan Pithecan­thropus erectus yang dibuat oleh Dubois. Pada mo­numen, tertulis: P.e. 175m (gambar anak panah), ONO serta di bawahnya tertera 1891/95. Artinya Pithecanthropus erectus (P.e.) dite­mukan sekitar 175 meter dari monu­men itu, mengikuti arah tanda panah (arah barat daya), pada ekskavasi yang dilakukan dari tahun 1891 hingga 1895. *Sayangnya kok ga aku abadikan dalam lensa*


Di halaman museum, terdapat pendopo dan juga taman untuk beristirahat dan tentunyaaa, foto-foto ^_^



Isi museumnya apa aja? Berdasarkan pengamatan mata, diantaranya:
- Fosil berbagai jenis dan bagian tulang hewan purba (asli)
- Fosil tulang (replika, aslinya di Belanda) dan diorama manusia purba (Pithecan­thropus Erectus).
- Fosil tumbuhan
- Fosil alat bertahan hidup di jaman purba (berbagai jenis batu kapak)

Semuanya tertata rapi dalam lemari display, lengkap dengan keterangannya. Sebenarnya terdapat ribuan fosil yang ditemukan, namun belum bisa diidentifikasi. Sehingga masih tersimpan rapi di ruang kantor museum.

Fosil-fosil koleksi museum ini kebanyakan ditemukan oleh warga desa sekitar yang menemukannya, dengan pembayaran berupa tukar beras atau uang, sesuai permintaan warga. 

Semoga ke depannya, museum ini semakin dikemas menarik, untuk melipatgandakan minat pengunjung mempelajari jaman purbakala. Misalnya, ditambahi replika Dinosaurus, atau bangunan jaman Megalithikum atau pengetahuan lain tentang jaman purbakala, pasti akan lebih seru. :)


*Semoga bermanfaat :)

0 komentar: