Tuesday, January 01, 2013

Field Trip: Lawang Sewu



Puas puter-puter di Kuil Sam Poo Kong, kami lanjutkan perjalanan ke seputar Tugu Muda Semarang, lebih tepatnya pingin ngerasain sensasinya berada di Lawang Sewu :)

Semarang yang panas semakin terasa menyengat karena susah nyari parkiran. Berhubung mobil ga bisa parkir di dalam kawasan Lawang Sewu, jadinya kami nyari tempat parkir beberapa ruko di Jl. Pemuda (klu ga salah inget nama jalannya). Sayang disayang pada penuh euy, maklum lagi liburan Natal, jadi pada piknik semuanya niy kayaknya. Akhirnya parkir di pinggir jalan dweh, hehehe, darurat, dan banyak temannya, amaaan. :D

Perlu jalan kaki lumayan dari tempat parkir ke Lawang Sewu, untung banyak pepohonan besar di sepanjang trotoar yang kami lewati. Di trotoar depan Lawang Sewu, berjubel PKL yang berjualan aneka makanan dan minuman (dingin). Di loket tiket dekat gerbang tertulis kalau Lawang Sewu dibuka dari pagi - malam, tiket per orang (dewasa) IDR.10.000, sedangkan anak-anak IDR.5.000. Ohya, klu mau pake guide, jasanya sekitar IDR.30.000, dan kalau mau masuk ke ruang bawah tanahnya, nambah lagi IDR.10.000. :D


Kesan pertama, berdecak kagum, kemudian semakin ke dalam, agak merinding sedikit, hehehe, abisnya keseringan melihat Lawang Sewu sebagai ajang uji nyali siy, jadinya kan horor gitu kesannya. Di dalam, kami cuma foto-foto saja, sambil berjalan berkeliling. Sebenernya pingin banget digambar sketsa wajah dengan harga bersaudara, paket murmer cuma IDR.25.000 saja. Tapi apalah daya, si anak lanang ga bisa diajak duduk anteng, yaa sutralah, sing tuwo ngalah. Lanjut jalan-jalan sambil foto-foto saja. Mungkin next time, klu anak udah gedhean, mo ke sana lagi, pake jasa guide, biar lengkap ceritanya, dan diajakin sampe lantai atas ples ruang bawah tanah, yang klu masuk harus pake sepatu boot yang telah disediakan, karena di bawah sana lembab, berair dan tentu saja seremmm, hehehhee *horor* :P

Berikut cerita singkat tentang Lawang Sewu, dihimpun dari berbagai sumber, selamat menikmati :)

Lawang Sewu merupakan sebuah bangunan kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Gedung tiga lantai dengan 2 menara kembar di depannya dan bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Lawang Sewu terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang, atau di sudut jalan Pandanaran dan jalan Pemuda. Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu.


Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri bagian. Jika pengunjung memasuki bangunan utama, mereka akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda. Dengan segala keeksotisan dan keindahannya Lawang Sewu ini merupakan salah satu tempat yang indah untuk Pre Wedding.

Selain arsitekturnya yang indah, Gedung Lawang Sewu juga sarat akan nilai sejarah. Pada awal pembangunannya, gedung yang terletak tepat di depan Jalan Raya Pos Daendels ini digunakan sebagai kantor pusat NIS dan tempat tinggal pegawai Belanda. Kemudian pernah digunakan sebagai penjara bawah tanah oleh serdadu Jepang, lokasi pertempuran 5 hari di Semarang, hingga kantor pemerintahan pasca Indonesia merdeka. Saat ini pengelolaan Gedung Lawang Sewu berada di bawah PT KAI.

Bangunan yang dulu juga berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai NIS ini dilengkapi dengan ballroom, ruang makan yang luas, gedung serbaguna, hingga gedung pertunjukan berbentuk bahtera terbalik di lantai atas. Sayangnya tidak ada lagi perabotan yang tersisa di ruangan tersebut, yang ada hanyalah ruangan yang kosong dan hampa. Sedangkan ruang bawah tanahnya berupa ruangan-ruangan sempit, gelap, lembab, dan berair yang pernah digunakan sebagai penjara berdiri dan penjara jongkok membuat bulu kuduk meremang. Aroma kekejaman yang terjadi di masa lalu terasa dengan jelas.


Setelah cukup lama lawang sewu seperti tak terurus, akhirnya Lawang Sewu dilakukan pemugaran yang memakan waktu cukup lama, akhirnya selesai pada akhir Juni 2011 dan kembali dibuka untuk umum setelah pada tanggal 5 Juli 2011 diresmikan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan event Pameran Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk produk tradisional dari seluruh Nusantara.

0 komentar: