Wednesday, April 03, 2013

Anakku Bukan Bonekaku


Sekali-kali posting agak serius dikit yaa, ga jalan-jalan melulu :D Ceritanya, tanggal 29 Maret kemarin, Komite sekolah anakku punya gawe Seminar Parenting, mengundang psikolog dari Siloam Hospital, Ibu Dra. Mierrina, M.Si, Psikolog. Selain beliau juga ada pembicara lain, plus pesan sponsor. Kami tidak sendirian, tapi menggandeng juga Parenting Cangkru'an, yaitu salah satu komunitas parenting di Surabaya. Alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan, pikiran serasa di-brainwash, segeerr dan ayeemm, juga berasa punya tambahan stok sabar miliaran ton untuk mengasuh si kecil.

Panitia berpose dengan pembicara
Hasil foto kurang maksi, karena cuma pake BB :P

Dalam mendidik anak, kita harus punya Samudera Kesabaran, supaya bisa mendidik anak dengan penuh kasih sayang, dengan memperhatikan multiple intelegensinya. Sehingga anak bisa berkembang dengan baik, tanpa merasa tertekan dan stress. Karena semakin besar usia anak, semakin banyak tekanan pada dirinya, baik itu dari lingkungan sekolah, teman, atau juga dari orang tua.

Jadi jangan suka memaksakan ambisi orang tua ke anak yaa, karena duluuu orang tuanya ga keturutan sesuatu, lantas anak dijadikan obyek untuk mewujudkan cita-cita dan impian yang tertunda itu. Padahal belum tentu lhoo anak mempunyai cita-cita dan impian yang sama. Sangat disayangkan kalau di "periode emas" pertumbuhan anak, justru dinodai dengan hal-hal yang tanpa disadari berdampak negatif bagi perkembangannya. :)

Setiap anak itu unik, mencakup learning style-nya juga, ada anak yang bertipe visual, verbal, maupun auditory. Jadi kita harus jeli memahami sehingga bisa memberikan rangsangan yang tepat.

Usia 0-5 tahun adalah fase imitasi, waspadalah :)

Golden periode yang sebenarnya adalah dari usia 0 - 12 th. Dimana periode tersebut mirip spiral, ada bagian-bagian tertentu yang kritis.
1-3 th, ini masa anak sebagai penurut
3-5 th, periode membangkang
5-7 th, ego "AKU" nya besar sekali
9 th, sudah merasa besar, sehingga perlu pendekatan khusus

Kita perlu memiliki "entry point" untuk bisa nyambung dengan anak. Pahami kesukaannya, berikan kenyamanan secara psikologis, berikan ekspresi/ sentuhan emosional yang tepat (dibelai/ dipeluk/ dsb), rengkuhlah anak sebelum "lari". Berkomunikasi dengan anak secara aktif, bisa dengan cara menemani makan, ngobrol bareng, menemani mengerjakan PR/ tugas. Terbuka pada anak, menyampaikan hal-hal baru secara proporsional, seperti kelahiran adiknya atau kedatangan anggota keluarga baru, bisa menjadi stress anak jika tidak jauh-jauh hari diberikan pengertian dan disiapkan mentalnya.

Kasian kaann klu anak kita yang imut-imut tertekan dan stres? :(

Beberapa hal yang perlu diwaspadai orang tua:
1. Jangan memberi label buruk pada anak, atau kata-kata yang merendahkan dan demotifasi, seperti "kamu malas, bodoh, ga bisa diharapkan, dll"
2. Hindari membandingkan dengan saudara/ anak lain yang lebih baik/ berprestasi, seperti "Lihat tuh kakakmu, selalu juara kelas, kamu 10 besarpun tidak."
3. Menyuruh yang tidak dilakukan. Anak butuh teladan, bukan hanya sekedar perintah.
4. Masalah keluarga yang tidak sengaja didengar anak baik dari dalam rumah/ luar rumah. Ini bisa menimbulkan rasa cemas dalam diri mereka.
5. Pertengkaran orang tua di depan mereka. BIG NO NO..!!
6. Berita dari TV/ media lainnya seputar kekerasan/ gambar-gambar yang menakutkan.
7. Tidak membebani anak dengan masalah yang dihadapi oleh orang dewasa/ orang tua, atau membebaninya dengan target-target seperti harus juara kelas, menjadi nomor 1 di segala hal, dsb.

Stres tidak memandang usia dan profesi

Anak bisa dideteksi mengalami stress apabila terjadi perubahan perilaku:
1. Anak sulit konsentrasi, sulit tidur, pola tidur berubah-ubah
2. Ngompol, padahal sudah lama tidak mengompol
3. Sering mimpi buruk, timbul kebiasaan baru misal menghisap jempol
4. Berubah menjadi anak pemarah, suka membentak, padahal sebelumnya kategori anak manis
5. Yang lainnya bisa diamati dalam aktivitas kesehariannya.

Hal pokok yang perlu diketahui orang tua:
1. Setiap individu mempunyai kelebihan dan kekurangan, kekurangan yang ada akan ditutupi dengan kelebihan tersebut.
2. Anak yang cerdas belum tentu kreatif, tapi anak kreatif pastilah cerdas.
3. Harus menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri. Karena kebanyakan orang tua hanya mengembangkan otak kanan yang bersifat rasional, detail, dibanding otak kiri yang kreatif.

Tips pendekatan pada anak:
1. Ungkapkan perasaan dengan jelas
2. Jadi pendengar yang baik
3. Tanggapi secara bijaksana
4. Tumbuhkan sikap asertif pada anak
5. Bantu anak menemukan hal yang dapat dilakukan selanjutnya guna mengatasi penyebab stress.

Kesimpulannya, seperti tertampar, betapa selama ini masih banyak kekurangan di sana sini dalam mendidik buah hati tercinta, terus instropeksi dan berbenah diri, smoga buah hati kita menjadi anak yang sholeh, cerdas, dan sehat jasmani rohani, aamiin YRA .

"Janganlah menuntut kesempurnaan pada ananda, karena kita sendiri belumlah sempurna"
"Didiklah ananda dengan cinta dan samudera kesabaran" 

*Betapa bahagianya aku, karena sampai detik ini, anakku tercinta sangat nyaman menceritakan segala hal yang dialaminya baik itu di sekolahnya, saat bermain, ataupun perasaan yang dirasakannya kepadaku dan juga Bapaknya. Insya Allah ini sebuah indikasi baik, bahwa anak merasa nyaman di rumah, dan tidak stress. Bismillah, semoga seterusnya, kami bisa menjadi orang tua yang bisa mendidik dan mengasuhnya dengan sebaik-baiknya, aamiin YRA.. :)

0 komentar: