Bulan ini, kami ngebolang tipis-tipis ke kotanya Eyang Sultan. Pit stop pertama adalah Museum Dirgantara Mandala. Di museum ini ada banyaaaaakkkk sekali koleksi pesawat pesawat tua di hanggar indoor maupun outdoor. Keren banget buat pepotoan, sekaligus menambah wawasan. Selain koleksi pesawat, ada juga sederetan nama petinggi AU dari masa ke masa, koleksi baju pilot, diorama-diorama, simulator pesawat terbang, replika pesawat, dan masih banyak lagi. Letak museum ini sendiri ga jauh dari bandara lho, jadi selalu dilewati pesawat yang mau landing di Adi Sutjipto, Jogja. Buat penggemar fotografi, keren banget buat mengabadikan moment ini, tinggal sabar-sabarin aja nunggunya, karena bandara ini ga sesibuk Juanda yang nyaris tiap 5 menit sekali pesawat berseliweran. Di sini paling endak sekitar 30 menit sekali baru ada pesawat nongol. 🤭
Saat kami ke museum ini, ketemu beberapa rombongan wisatawan yang tentunya didampingi pemandu khusus. Klu kami mah, slaman slumun slamet, pokoknya jalan aja, sambil baca-baca keterangan yang sudah tersedia. Tak lupa juga kami berfoto di beberapa spot yang menurut kami keren. Sayang seribu sayang, entah kenapa waktu filenya dipindah ke laptop, tetiba raib. Entah ke-delete atau gimana, pokoknya ilang semua, hiks hiks. Jadi ya, kali ini ceritanya minus poto-poto di Museum Dirgantara. In syaa Allaah next time, diulangi ke sana lagi dan pepotoan lagi. 🥰
Setelah puas menikmati suasana museum, kamipun menuju hotel. Kali ini, kami menginap di Sahid Hotel Jogja. Hotelnya bagus dan nyaman, makanannya enak-enak dan petugasnya ramah. Cuma karena menyatu dengan mall, parkirannya ikutan di parkiran mall, jadi bayar deh. Sayang banget yaa, harusnya khusus untuk tamu yang menginap di hotel diberikan privilege. Itu aja siy kurangnya menurutku, yang lainnya masih wajarlah, seperti adanya beberapa bagian hotel yang sedikit kurang gimanaa gitu dikarenakan masih dalam tahap pembangunan. 😊
Malamnya kami sempetin jalan-jalan kota-kota, pinginnya siy makan di tempat-tempat yang terkenal, tapi apalah daya, lihat ramenya yang mau makan jadi bikin balik badan, mending nyari yang lain aja, yang ujung-ujungnya ngebungkus sate aja dimakan di hotel. 😂
Keesokan harinya, maunya ke Taman Pintar. Eh, bingung nyari parkirannya doongg, dan lagi ruamenyaaaaaa maa syaa Allaah. Akhirnya malah ga jadi deh, langsung bablas aja pulang. Hahahahha, begitulah ngebolang ala kami. Ga ada target jumlah destinasi yang harus dikunjungi. Whish list-nya siy ada, tapi ga ngoyo gitu, klu dilihat waktu dan sikonnya memungkinkan, ya mampir, klu endak ya skip aja, masih ada lain waktu. Selow ajalah pokoknyamah. 🤣
Pas jalan balik itu, sambil ngobrolin pingin makan di mana ya enaknya. Suami tetiba keingat duluuuuuuu pernah diajak makan di daerah yang namanya Rowo Jombor. Warungnya terapung di waduk gitu, yang khas itu cara pengunjung bisa sampai ke dalam warungnya. Setelah melewati jalanan yang berkelak kelok dengan pemandangan khas pedesaan, yaitu sawah yang membentang dan rumah penduduk yang bersahaja, sampai juga kami di Rowo Jombor. 😊
Setelah cap cip cup kembang kuncup buat milih mau makan di warung yang mana, akhirnyaaaaa, kami disambut oleh bapak bapak petugas pengerek rakit beratap. Iyaaa, jadi klu mau ke warungnya itu musti naik "gethek" dulu, yang ditarik dari ujung sama si bapak itu. Kamipun makan siang dengan tenang sambil lesehan, yang ga bisa diem cuma adek, berlarian ke sana ke mari saking senengnya dia klu lihat tempat luas. 😍
0 komentar:
Post a Comment