Saturday, September 26, 2015

Field Trip: Taman Rekreasi Pantai Kartini (TRPK) Rembang a.k.a Dampo Awang Beach



Lagi-lagi ngebolang spontan. Ceritanya setelah kemarin mudik ke Blora pas Lebaran Idul Adha, trus kami lanjut ke Semarang, nengokin keponakan yang baru nongol ke dunia. Yess, gegara nikah sama anak mbarep aku bisa punya gelar "budhe" sekarang, qiqiqiqi. Seperti yang lalu-lalu, ketika balik ke Surabaya, kami akan melewati jalur pantura, yang paaaaanjaaaaanngg. Awalnya pingin mampir ke "Brown Canyon". Tapi mengingat lagi kondisi si kecil yang kurang fit, akhirnya urung. Dan pas lewat di Pantai Kartini Rembang, kami coba tanyakan padanya, mau main di pantai ga? Eeeehh, dia menjawab mantab, MAU. Ya sudah, biar seneng mampirlah kita. VaRo yang sebelumnya sempat demam dan batuk, tiba-tiba sehat walafiat ketika menginjakkan kakinya di pantai. Keceriaan yang spontan keluar darinya, membuatku gamang, sambil terus berdoa di dalam hati. Semoga meskipun anginnya super kencang, ga akan apa-apa, sehat sehat sehat :)



Pantai ini terletak di sisi utara jalur pantura, sangat mudah ditemukan alias ga sulit mencarinya. Seperti pantai utara Jawa lainnya, ombaknya cukup tenang, lingkungan pantai cukup bersih, dan pasirnya berwarna hitam dan berlumpur. Kami tiba di pantai sudah lumayan sore, jadi bisa sekalian menikmati senja temaram dan sunset di batas cakrawala. Indahnyaaaa.. ^_^

Well, sekilas pasti bingung yaa, di Jepara ada Pantai Kartini, di Rembang juga ada Pantai Kartini. Itulah mengapa, sekarang Pantai Kartini Rembang punya nama baru yaitu Dampo Awang Beach, Pantai Dampo Awang. Terdengar asing? Siapa siy Dampo Awang? Kenapa dipilih menjadi nama pantai ini? Ehem, Dampo Awang itu sebenernya adalah nama alias dari pelaut muslim Tionghoa, Laksamana Ceng Ho alias Sam Pho Koong *banyak yaa nama aliasnya*. Konon katanya, jangkar kapal Oom Dampo Awang ini pernah terdampar di pantai ini, dan masih disimpan sampai sekarang. Cerita kumplitnya bisa dibaca di sini.



Seperti kebanyakan pantai lain, tiket masuk sangat-sangat terjangkau *ini salah satu yang kusuka dari wisata alam*. Di dalam pantai ada fasilitas taman bermain anak-anak, kompleks kolam renang, kios cinderamata, dan juga pasir pantai tentunya. Yang terakhirlah bagi kami yang utama :) *ya iyalaaaahhh*.

Setelah Hari Raya Idul Fitri, di pantai ini juga masih sering diselenggarakan Upacara Lomban. Yaitu tradisi melarung atau mengirim hasil panen ke laut untuk memperoleh keselamatan saat mencari ikan. *kira-kira yang pada akhirnya menemukan dan menikmati hasil panen yang dilarung siapa ya?*



Selama di pantai ini, VaRo terlihat begitu bahagia dan ceria, berlari kesana kemari menerjang air, membuat menara dari pasir yang lembek dan sangat susah dibentuk. Kali ini, Mama memilih ga ikut basah-basahan, bukan karena ga suka, tapi karena mengingat perjalanan masih panjaaangg ke Surabaya. Nanti klu Mamanya ikutan koceh, bisa-bisa makin susah beranjak dari pantai, gawat. :D



Anyway, jika teman-teman sedang melintas di pantura kota Rembang, mampirlah. Kalau bisa saat sunset, karena pemandangannya sungguh indah, berwisata ke alam akan membuat jiwa kita tenang dan banyak bersyukur, dan semakin merasa kecil, semakin merasa memang Tuhan Maha Besar, kita niy apalah-apalah, sebutir debu di lautan pasir ciptaanNya. Titip pesan, dimanapun kalian ngebolang, jaga kebersihan dan jaga attitude. Selamat ngebolang, sobat..!! :)

Sunday, September 06, 2015

Field Trip: Coban Kembar Watu Ondo, Cangar, Mojokerto



Kemarin sudah ke Coban Rondo, tadi sudah ke Agrowisata Petik Jeruk. Eeeh, pas mau balik ke Surabaya pada ngajakin ke Coban Kembar Watu Ondo di Cangar, Mojokerto. Waaaahh, bagi bolangers macam kami, itu tawaran yang sangat menggiurkan. Sambil menyelam minum air, sambil jalan pulang, sambil nyobain rute baru, sambil ngebolang ke air terjun. Perfecto Italiano. ^_^

Dari Batu, ambil jalan ke arah Cangar dan masuk ke kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Raden Soerjo di bawah lereng Gunung Welirang. Lokasi air terjun ini sekitar 3 km ke arah barat dari pintu masuk Pemandian Air Panas Cangar. Letaknya di sebelah jalan yang menurun dan membelok cukup tajam dekat perbatasan Malang (Batu) - Mojokerto dengan kondisi jalan mulus beraspal *SIM nya ga boleh nembak klu nyupir di sini, dan kondisi kendaraan harus prima, klu ga mau kena masalah*.


Fasilitas yang tersedia, tentunya tempat parkir, yaa lumayan luas dan rindang, karena banyak sekali pepohonan besarnya, toilet, dan satu-satunya penjual makanan/ minuman. Jadi harus punya stok sabar buat ngantri yaa, atau lebih amannya, bawa saja dari rumah.

Dari tempat parkir, lanjut jalan kaki sekitar 200 m saja. Tapiiiii, jalannya yang dilapisi Watu Ondo, alias tangga dari batu ini, menurunnya dengan kemiringan 45 derajat dan berkelok-kelok. Dijamin klu jarang olahraga, bikin engsel lutut berderak keras, qiqiqiqi. Untungnya di setiap belokan ada bangku kayu untuk tempat istirahat. Fasilitas menggiurkan, meskipun sebaiknya jangan sering-sering istirahat, yang ada makin berasa capek dan ga nyampai-nyampai lokasi. Alhamdulillaahnya, meskipun capek luar biasa, pemandangan yang disuguhkan sungguh bagaikan oase di padang pasir. Sejuukkkk segeeerrr. Buat bumil, ga usah coba-coba yaa, sayangi diri dan janin. Kalau mau ke air terjun yang ramah buat bumil, ke Coban Rondo aja. :)


Sesampainya di Coban, segala jenis capek dan engsel gemeretak sirna. Apalagi ternyata begitu di bawah dapetnya ga cuma 1 Coban, tapi 2, kembar..!! Wuhuuuuu, senangnyaaaaa. Dua air terjun yang saling berhadapan dengan ketinggian yang berbeda. Yang kanan air terjun berundak dengan kemiringan sekitar 75 derajat dan ketinggian air sekitar 15 m, sedangkan yang kiri air terjunnya langsung jatuh ke bawah dengan ketinggian kurleb 69 m. Kedua air terjun ini berasal dari sumber mata air yang berbeda. Dan selanjutnya alirannya bertemu di satu telaga kecil dan cukup dangkal.


Sebenarnya, di antara kedua coban kembar ini, ada 2 buah gua *kondisi tertutup rimbunnya rumput liar*. Konon, gua itu disebut Gua Jepang, yang duluuuu di jaman perang kemerdekaan, digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan makanan dan persembunyian tentara Jepang. *wuiihh ga kebayang, mo ke gudang makanan/ sembunyi aja kudu ngelewatin jalan curam dan berliku*.

Dan katanya, katanya lho yaa. Di bawah Coban Kembar Watu Ondo ini ada lagi Coban Teyeng (teyeng = berkarat, Javanesse). Model air terjunnya berundak, dan yang jelaaas seperti namanya, airnya berwarna kuning seperti berkarat. Jalur ke sana belum bisa ditempuh dengan jalur darat, harus menyisir sungai.

Jadi sudah tau yaa kenapa dinamakan Coban Kembar aka Coban Watu Ondo? Anyway, selamat ngebolang..!! :)

Field Trip: Agrowisata Petik Jeruk, Malang



Postingan kali ini menyambung cerita sebelumnya, ngebolang kami ke Coban Rondo. Jadi, sebenernya kami di Batu karena ada acara arisan alumnus Stematel, yess, kami dateng karena ada undangan arisan. Seperti tahun sebelumnya, kalau ke sini, kami menyewa villa bareng-bareng, jadi seruuu, nginep sekitar 6 keluarga kumplit dengan the krucils. Alhamdulillaah, villanya luas, tempat parkirnyapun juga ga kalah luas, jadi banyak mobil parkir juga aman. Selepas dari Coban Rondo, kami langsung menuju ke villa, dan keseruanpun dimulai. Anak-anak senang, orang tuanyapun ga kalah hepi, main bareng, ngobrol santai sambil bakar jagung, nyaaamm. Kebersamaan yang menyenangkan. Ini baruu namanya vitamin hati. :)


Pagi harinya, kami diajak untuk "Memetik Jeruk Sepuasnya..!!". Ugh, siapa yang ga ngeces, mau bangetttt. Berhubung status kami sebagai "tamu", makanya sepanjang jalan ke sana ngekor saja, qiqiqi. Alamatnya ini:
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Jl. Raya Tlekung No.1 Junrejo Kota Batu 65301, Indonesia
Telp. (0341) 592683 Fax. (0341) 593047
Email : balitjestro@litbang.pertanian.go.id, webbalitjestro@gmail.com
Read more http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/layanan/kunjungan/


Kebun jeruknya beneran berbentuk kebun lhoo *ya iyalaaahh*, maksudnya tuh, sepanjang mata memandang, adanya ya hanya pohon jeruk aneka varietas. Bagi pecinta jeruk, atau mungkin sedang mempelajari ilmu perjerukan, tempat ini layak dijadikan salah satu destinasi ngebolang.


Masuknya GRATIS, makan jeruk di tempat SEPUASNYA, tuuuhh kurang asyik apa coba, qiqiqi. Begitu kita masuk, dikasih deh bekal tas kresek motif garis, buat nampung hasil panen. Nanti saat keluar akan ditimbang, dan bayar tentunya yaa, 1 kg hanya Rp.10.000 saja. :)


Jenis jeruknya macem-macem, ada yang jeruk Baby (Java paling manis, Pacitan paling segar, Valencia berasa asam), jeruk Keprok Batu 55 yang sedang naik daun, juga jeruk Keprok Punten. Daaan, untuk menjaring banyak wisatawan, diadakan Panen Raya setiap tahunnya, yang biasanya bulan Agustus - September. Paassss bangettt kaan waktunya. :)

Saturday, September 05, 2015

Field Trip: Coban Rondo, Malang



Mumpung lagi ada acara di daerah Batu, kenapa tidak sekalian jalan-jalan. Kali ini kami ngebolang ke Coban Rondo (Coban = air terjun, Rondo = janda). Letaknya di Desa Pandesari, Pujon, Malang (Koordinat: 7° 53' 5.86" S 112° 28' 38.28" E ). Kalau dari daerah Batu, butuh waktu sekitar 1 jam perjalanan untuk sampai ke lokasi, dengan catatan, Batu ga macet, qiqiqiqi. Papan penunjuk jalan sangat banyak dijumpai, meskipun baru pertama, in syaa Allaah tidak akan kesulitan mencari, apalagi jika dibantu GPS. Tinggi Coban ini sekitar 85 m, di ketinggian 1.135 mdpl. Debit air saat kemarau sekitar 90 l/ detik, sedangkan saat penghujan menjadi 150 l/ detik, tak heran di sekitar Coban ada papan peringatan, untuk meninggalkan kawasan air terjun saat hujan turun.


Menurut info, sumber mata air coban ini di daerah Kepundan lereng Gunung Kawi, di suatu dataran tanpa pepohonan apapun. Dari mata air itu, turun menjadi Coban Manten (air terjun kembar), lalu keduanya menyatu turun lagi menjadi Coban Dudo, dan turun lagi ke bawah menjadi Coban Rondo. Akses termudah ya memang di Coban Rondo ini, untuk ke Coban yang lain, harus menempuh medan di tengah hutan yang lumayan menguras tenaga. Penamaan yang unik yaa, dari Manten - Dudo - Rondo. Ternyata nama itu tak lepas dari legenda di balik penamaan ini, silakan dibaca di foto yang kami capture di TKP.


Sebagaimana wisata alam lainnya, tiket masuk di Coban Rondo juga sangat ramah di kantong. Sudah murah meriah, kita disuguhi pemandangan yang ma syaa Allaah indahnyaaa, udara yang segar, fasilitas yang kumplit. Tidak susah mencari toilet, tempat makan, area bermain, bahkan akses ke air terjunpun sudah berupa jalan berpaving, sama sekali tidak seperti biasanya yang harus naik turun tangga apa adanya yang terkadang curam, licin dan basah. Dan yang menyenangkan lagi, di sini banyak sekali monyet berkeliaran, berasa lagi di Bali deh. Untungnya monyet-monyet itu ga nakal, ga suka iseng ngambilin aksesori yang dipakai pengunjung. :D


Alhamdulillaah, akhirnya aku ke Coban Rondo juga. Padahal dulu sekolah di Malang selama 3 tahun, tapi yaaa gitu deh, paling banter naik angkot ke Kota. Ga pernah sampai ke Coban Rondo, qiqiqiqi, anteng aja menjalankan program iritisasi. Baru mulai seneng ngebolang itu setelah kerja, sudah pegang uang sendiri, punya temen yang doyan pergi, klop. Makin bersyukur lagi, setelah menikah, eeeh suamiku juga demen-demen aja ngebolang ke mana-mana. Buat kalian semua, ayo dolan, rek..!! :)

Dan sekali lagi ga bosan mengingatkan, dimanapun berada, yang namanya ATTITUDE itu nomor satu yaa teman-teman. Jaga kebersihan alias jangan buang sampah sembarangan daaan jaga lisan alias hindari berkata kotor atau berteriak-teriak. Karenaaa, kalau bukan kita yang menjaga alam ini, lalu siapa lagi? :)