Thursday, February 28, 2013

Kisah Turangga


Seharusnya ini menjadi minggu jablay, karena si Papih training di Bandung. Berangkat Minggu sore, dan rencana pulang Jum'at pagi. Tapi, yang namanya rencana tinggallah rencana, ternyata Allah berkehendak lain. Entah apa sebabnya, tiba-tiba hari Senin, dia nelpon, katanya, "Ma, mau ga nyusul ke Bandung ama VaRo, berangkat Kamis sore, pulangnya Minggu, kita jalan-jalan di Bandung". Wkwkkwkw, wanita mana yang sanggup menolak coba? Ya sudah pasti aku tegas mengiyakan. Jalan-jalan boo'.. Refreshing.. Mauuuuu..!! :D


Kebetulan si Papih training barengan ama Eko, anak Stematel juga, dan istrinya Eko ini, namanya Nita, adalah adek kelasku semasa skull di Moklet, juga adek kosku di Ketintang *mbulet yaa*. Berhubung rumah kamipun tidak jauh satu sama lain, jadilah aku menyusul bersamanya juga, dengan anaknya yang masih 2 tahunan, Vina. Wow.. travelling Emak-Emak bawa balita ples koper..!! :)

Alhamdulillah tiket segala macem udah beres ama para lelaki. Tau beres saja, berangkat ke Stasiunpun dianter temannya Nita. Sesampainya di Stasiun Gubeng, kami menukar KTP dengan tiket KA, lalu bergegas mencari makan, hehehe, maklum, the precils udah teriak-teriak katanya laper.

Yang menyedihkan adalah, di sepanjang lobi Stasiun tidak ada satupun penjual makanan dengan nasi putih, adanya roti dan roti. Repotnya klu jadi orang Jawa, yang namanya makan itu yaa nasi, bukan selain itu. Yaa sutralah, akhirnya diganjel dulu pake Roti O (pecahannya Roti Boy). Setelah diperbolehkan "check in" (masya Allah yaa, ribet bangett deh mo masuk peron aja, periksa KTP berkali kali, kayak mo naik pesawat aja), kami segera menuju ke Executive Lounge, buat beli makanan yang sebenernya. Menyedihkan, stasiun sebesar ini, yang jual nasi cuma 1 doank, mana harganya juga ga masuk akal lagi, ckckckckck.


Tepat lepas adzan Maghrib, kami naik ke KA Turangga, di gerbong 3. Anak-anak udah pada hepi aja bawaannya, Emaknya ini yang ketar-ketir. Aku berulang kali bilang ke VaRo, "Kita naik kereta lama lho Le, sampe besok pagi, nanti malem boboknya di kereta yaa, biar cepet nyampe dan besok bisa ketemu Bapak". Ketika kereta mulai berjalan, anak-anakpun mulai beraksi. Berlarian sepanjang gerbong, naik turun penyangga kaki, nyanyi-nyanyi, hebooohh bangett. Sejauh ini masih aman lah ya.. :)

Ketika jam tidur tiba, mulai deh kekacauan yang sebenernya. Karena VaRo terbiasa tidur dengan lampu tidur alias remang-remang, jadinya protes melulu, kok lampu keretanya masih terang benderang. Hehehe, lama-lama capek juga protes dan akhirnya tertidur. Amankah sampai pagi?


Hohohoho, tentu saja tidaaakk..!! Bisa dihitung yaa, setiap 2 jam pasti ada kejadian. Yang gerah karena pake jaket dan selimutanlah, yang minta turunlah, yang minta pangkulah. Dari sepanjang malam klu dihitung-hitung maksimal tidur nyenyak cuma sekitar 4 jam an saja sepertinya. Bukan hanya VaRo, Vina di belakang juga sama saja, bahkan lebih heboh, karena Bundanya ga boleh duduk di kursi, karena kan dipakai dia buat tidur, maksudnya pingin luas kayak di rumah gitu, hahahhaha.. :D


Hampir jam 6 pagi VaRo sudah bangun. Tak sabar rasanya segera sampai di Stasiun Bandung. Sejam kemudian barulah kami sampai. Disambut dengan hangat senyuman dan pelukan dari sang Kekasih Hati. Rasanya capek langsung menguap begitu saja. Rinduku bermuara..!! :)

*photo taken from my BB, so sorry for the quality yaa.. :)
Wednesday, February 20, 2013

VaRo dan Tessy


Suamiku penyuka kucing, dulu sewaktu aku masih kecil juga punya piaraan kucing. Sejak menikah, selalu ada kucing di rumah. Bukan kucing anggora atau persia, cuma kucing kampung, yang suka keliaran di depan rumah. Karena terlihat bersih dan ga "cluthak", jadinya suka dan sering dikasih makan deh. Akibatnya, si kucing merasa nyaman di rumahku. Jadilah piaraan kami.. :D

Singkat cerita itu kucing beranak 3, mati 2, tinggal 1, cewek, namanya Sireng, fotonya ada di album Facebookku. Hampir setahun yang lalu, Sireng mati :( Itu artinya, kami ga punya kucing lagi, hiks sedih. Ga berapa lama ada kucing cowok yang biasanya suka ikutan makan di rumahku juga (sepertinya ini kucing masih ada hubungan darah juga dengan Sireng, entah anak apa cucunya, warnanya sama lagi), awalnya belum "lulut", tapi karena kegigihanku *ciyeeehh* akhirnya bertekuk lutut juga dia. Hahahhaa, dan kami memberinya nama Tessy. :)

Tessy terbilang istimewa, karena hanya dia dan almarhumah Sireng yang kuperbolehkan masuk ke dalam rumah. Habisnya ga nakal siy, paling banter cuma tiduuurrr melulu. Dan pinternya, Tessy mengamankan dapurku dari yang namanya Tikus, juga pernah nangkepin ular di belakang rumah. Pokoknya our hero bangett dah *same with Sireng* :D

Yang lebih menyenangkan itu adalah, gimana akrabnya anakku ama si Tessy, walaupun "dianiaya" sedemikian rupa, dia diem aja, paling banter nggigit tapi gigitannya juga ga sakit, kayak guyon aja gitu. Ini ada beberapa moment kebersamaan VaRo dan Tessy. Selamat menikmati :)







*Ini ceritaku, apa ceritamu? :)
Friday, February 01, 2013

Kereta Kelinci



Peringatan Maulid Nabi kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tentu saja karena si VaRo taun ini bisa merayakan bersama teman-teman sekolahnya.

Bukan pesta meriah, cuma jalan-jalan keliling kecamatan sambil membagi-bagikan paket nasi bungkus untuk tukang becak/ tukang ojek/ atau yang sekiranya membutuhkannya. Dan sengaja membiarkan anak-anak untuk memberikannya langsung, supaya lebih terasa "berbaginya".

Alhamdulillah acara berjalan lancar, hanya terganggu sebuah insiden. Hujaaann..!! wkwkkwkw, tanpa pembukaan langsung bresss aja, alhasil yang kereta kelincinya tidak dilengkapi peralatan tempur, jadi basah kuyub, walaupun paket belum terdistribusi semua, terpaksa kembali ke sekolah.

Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Sampai VaRo bilang, "Ma, lain kali aku ga mau naik kereta kelinci lagi, kan udah pernah". Trauma ya, Nak? :D