Sunday, January 13, 2013

Field Trip: Wisata Bahari Lamongan aka WBL (Tanjung Kodok)



Ini bukan kali pertama aku pergi ke WBL, dulu, jaman masih manten anyar, aku pernah ke sono juga dalam rangka acara kantorsendirian ga sama misua tercinta. Yang kedua, sama misua tercuintah dunk, ceritanya "ngulang tahuni" kami berdua yang ultahnya ga beda jauh, cuma 2 minggu aja, bulan dan tahun lahirnya sama, hihihihi, kompak bener dweeehh. Sementara yang ketiga kalinya, sudah bertiga, ama anak lanang juga, tapi ga sempat foto-foto, cuma janjian ketemuan ama Ibu Bapak Adek yang lagi piknik bersama sekolah Bapak, dan waktu itu VaRo abis sakit, badannya masih sumer gitu, jadi yaa pokoknya ketemu, jalan sebentar, trus pulang, karena sempat ujan dan anginnya mayan gedhe, kasian si kecil.

Jadi, ini adalah keempat kalinya aku ke WBL. Kami tak sendirian, tapi rame-rame dengan teman Arisan Stematel. Ceritanya lagi penutupan arisan, sambil menghabiskan uang kas, jadilah kami piknik bebarengan. Kumpul di rumah pak Ketua, mas Adhi & mba Dewi, hari Minggu, 13 Januari 2013, jam 7 pagi. Berangkat dari rumah jam 7 juga, hahahha, abisnya nungguin Eko & Nita dateng dulu ke rumah, habis itu masih mampir beli sarapannya VaRo di Drive Thru Mc.D *emak babenya mah tahan lapar, jadi cukup anaknya saja*. Sesampainya di TKP sudah rame, tapi masih nunggu juga, dan akhirnya berangkat hampir jam 9 pagi *ngaretdotcom* :D


Beriringan 4 mobil berangkat ke WBL, dan sepertinya pak Supir tercintakuh ini demen banget injek pedal gas, jadinya kami nyampe duluan, dan alhamdulillah dapet parkiran tepat di samping petugas tiket parkir, hehhe, klu udah rejeki emang takkan lari gunung dikejar yoo. Sambil nungguin rombongan yang lain, kami duduk-duduk di depan pintu masuk, sambil sesekali nyemil, mulai laperrrr. :P

Tak berapa lama, satu persatu rombongan dateng, dan kamipun bergerombol menunggu pak Ketua mbeliin gelang tiket dan membagikan voucher maksi. Perlu kalian ketahui, dilarang membawa nasi, mie, dan sayur ke dalam lokasi WBL. Bakal kena sweeping mister Security tanpa ampun *kecuali, bisa nyembunyiin itu tersangka sedepis depisnya sampe ga ketahuan :P*

Info tiket: (jika ingin dapat harga khusus karena membawa rombongan besar, silakan hubungi marketing WBL di 0322 - 666 111)
  • weekday (Senin - Kamis) IDR.50.000, klu nambah ke MZG jadi total IDR.65.000
  • weekend (Jum'at - Minggu, tanggal Merah) IDR.60.000, klu nambah MZG jadi total IDR.80.000
*MZG = Maharani Zoo + Goa


Rombonganpun berpencar, dan janjian ketemuan di food counter dekat kolam renang beberapa jam kemudian, komunikasi lewat Flexi Milis *bukan ngiklan :D*. Pertama kali kami kepincut ama Unta, wkkwkwkw, apanya yang menarik yaa, pokoknya bisa pegang dan ngelus-elus aja udah seneng, kebetulan si unta lagi leyeh-leyeh di deket pembatas, membuat kami leluasa menjamahnya.


Puwas sama bulu unta yang tidak bisa dibilang halus selembut bulu boneka itu, kami melipir mau ke "Rumah Kucing", tentu saja sambil foto-foto. Di rumah kucing, si thole yang heboh bukan kepalang, dianggepnya mereka semua itu teman si Tessy, kucing kami di rumah, jadi udah berasa kenal dekat aja gitu.

Lepas dari rumah kucing, disambut "Arena Ketangkasan". Waaahh ini niy, langsung deh, main tembak-tembakan ama ngegame balapan mobil. Emaknya? Yang motretin aja deeeh.



Antrian panjang mengular berjubel di depan pintu masuk "Bioskop 3D" membuat kami melenggang melewatinya. Biar kata bagus bukan kepalang, klu antriannya sebanyak itu, ogah juga kali yaaa. "Rumah Sakit Hantu" juga kami lewatin, ngapain, cari perkara aja, mending foto-foto. :P


Tujuan selanjutnya "Arena Bawah Laut", yang ada di dalam wahana kami naik kereta mini saja, permainan lainnya yang diperuntukkan bagi anak di bawah 7 tahun, tak sanggup memikat si ganteng. Jadi yaa sudah, kami segera keluar. Sementara aku istirahat di bawah rindang pohon, VaRo dan Bapaknya sejenak mengintip arena "Go Kart", yang bersebelahan dengan tempatku berteduh.


Di depan ada "Istana Boneka", cukup membuat kepincut si thole, sempat mau masuk, tapiiii lagi-lagi antriannya mengerikan. Dengan sedikit pengertian dan bujuk rayu, akhirnya boss kecil mau juga diajak berlalu. Mendingan lanjut ke "Galeri Kapal & Kerang", yang lumayan lengang. Di dalamnya banyak sekali replika kapal-kapal dari seluruh Nusantara, juga aneka kerang. Menakjubkan.




Sambil menyusuri jalan, sesekali VaRo dengan sibuknya membuka peta WBL miliknya, sibuk bertanya dan mengamati, sudah sampai mana perjalanan kami. "Sarang Bajak Laut" yang rame antriannya, kami skip, ga tertarik sama sekali sama yang pake antrian panjang :P Mendingan masuk ke "Goa Insectarium", melihat koleksi aneka kupu-kupu, kumbang, dan juga menyusuri goa yang lembab dan berair.


Keluar dari Goa, perut semakin keroncongan, akhirnya kami memilih makan dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Menikmati maksi *yang harus bayar, karena voucher kami tak berlaku di sini* dengan hiburan wahana "Drop Zone" dan "Speed Flip" yang sangat menguras adrenalin itu.

Perut kenyang, kami jalan lagi. Langsung ke "Playgound Remaja" dan foto-foto lagi di pinggir Mercu Suar. Lanjut ke permainan di pasir pantai, mainan trampolin, ayunan, dan berakhir di food counter, ngabisin jatah voucher.














Dari 46 wahana yang ada, sudah jelas tidak semua kami nikmati. Hehehe, bisa gempor pangkat sejuta nanti kaki jadinya. Banyak sekali yang kami skip, termasuk kolam renang, yang justru paling digemari dan menjadi tujuan utama kebanyakan dari rombongan kami, bahkan sudah bawa peralatan perang lengkap, berupa pelampung, baju renang, dan sejenisnya.

Jam sudah menunjukkan 16.15, sebentar lagi WBL kukut. Saatnya kami pulang, eeehh tapi sebelum pulang, tunaikan dulu kewajiban kepada yang Kuasa. Baruuu setelah itu, foto bareng-bareng dan capcuuss, kembali ke Surabaya dengan perut kenyang dan hati senang. :)


*Ini cerita liburanku, apa cerita liburanmu?
Saturday, January 05, 2013

Field Trip: Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)



Jam sudah menunjukkan hampir pukul 12 ketika kami puas foto2 di Lawang Sewu. Jadi, kami putuskan untuk shalat Dhuhur di Masjid Agung Jawa Tengah, masjid terbesar di Jawa Tengah yang arsitektur payungnya mirip dengan Masjid Nabawi di Madina Al-Munawarah.

Setibanya di MAJT, aku dibuat kagum akan kemegahannya. Kami memilih parkir di dalam, menghindari panasnya sengatan matahari. Setelah berpencar dan menunaikan kewajiban, kami bertemu lagi di depan pintu utama. Sambil duduk dan menikmati keindahan arsitekturnya, dan juga tak lupa, foto-foto, walaupun ga maksimal juga, karena si thole sudah rewel minta makan, dan ga kuat dengan udara yang ekstra hoottt.. :D


Sedikit cerita tentang MAJT :)

Masjid yang ada di Jl. Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang ini diresmikan pada tahun 2006. Kompleks masjid megah seluas 10 hektar dan luas bangunan induk untuk shalat 7.669 meter persegi tersebut memiliki fasilitas yang lengkap seperti convention hall, kios souvenir, kios makanan, gedung perkantoran, perpustakaan, museum, hotel, sarana hiburan, area bermain, hingga menara pandang.

Secara arsitektur, Masjid Agung Jawa Tengah memiliki keunikan yaitu memadukan arsitektur Jawa, Timur Tengah dan Roma. Arsitektur Timur Tengah terlihat dari kubah dan kaligrafi. Arsitektur bangunan Jawa terwakili pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Sedangkan pengaruh Roma jelas terlihat pada 25 pilar yang menyerupai bangunan Coloseum. Masjid Agung Jawa Tengah juga dilengkapi dengan 6 payung hidrolik raksasa yang bisa membuka dan menutup secara otomatis. Payung raksasa ini mengadopsi arsitektur Masjid Nabawi di Madina.


Keistimewaan lain masjid ini berupa Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) setinggi 99 m. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 km ini terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Di puncak menara dilengkapi teropong pandang. Dari tempat ini pengunjung dapat menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di pelabuhan Tanjung Emas.

Untuk naik ke menara pengunjung diwajibkan membayar IDR.3.000 per orang untuk jam kunjungan pukul 08.00-17.30 WIB dan IDR.4.000 per orang pada jam 17.30-21.00 WIB. Bagi pengunjung yang ingin menggunakan teropong yang terdapat di Menara Asmaul Husna itu, maka pengunjung harus mengeluarkan ongkos tambahan sebesar IDR.500 per menit.

Di masjid ini juga terdapat Al qur`an raksasa tulisan tangan karya H. Hayatuddin, seorang penulis kaligrafi dari Universitas Sains dan Ilmu Al-qur`an dari Wonosobo, Jawa Tengah. Tak hanya itu, ada juga replika beduk raksasa  yang dibuat oleh para santri Pesantren Alfalah Mangunsari, Jatilawang, Banyumas, Jawa Barat, juga miniatur Masjid.

*gambar tentang Masjid Besar Jawa Tengah, bisa di lihat di sini

Tuesday, January 01, 2013

Field Trip: Lawang Sewu



Puas puter-puter di Kuil Sam Poo Kong, kami lanjutkan perjalanan ke seputar Tugu Muda Semarang, lebih tepatnya pingin ngerasain sensasinya berada di Lawang Sewu :)

Semarang yang panas semakin terasa menyengat karena susah nyari parkiran. Berhubung mobil ga bisa parkir di dalam kawasan Lawang Sewu, jadinya kami nyari tempat parkir beberapa ruko di Jl. Pemuda (klu ga salah inget nama jalannya). Sayang disayang pada penuh euy, maklum lagi liburan Natal, jadi pada piknik semuanya niy kayaknya. Akhirnya parkir di pinggir jalan dweh, hehehe, darurat, dan banyak temannya, amaaan. :D

Perlu jalan kaki lumayan dari tempat parkir ke Lawang Sewu, untung banyak pepohonan besar di sepanjang trotoar yang kami lewati. Di trotoar depan Lawang Sewu, berjubel PKL yang berjualan aneka makanan dan minuman (dingin). Di loket tiket dekat gerbang tertulis kalau Lawang Sewu dibuka dari pagi - malam, tiket per orang (dewasa) IDR.10.000, sedangkan anak-anak IDR.5.000. Ohya, klu mau pake guide, jasanya sekitar IDR.30.000, dan kalau mau masuk ke ruang bawah tanahnya, nambah lagi IDR.10.000. :D


Kesan pertama, berdecak kagum, kemudian semakin ke dalam, agak merinding sedikit, hehehe, abisnya keseringan melihat Lawang Sewu sebagai ajang uji nyali siy, jadinya kan horor gitu kesannya. Di dalam, kami cuma foto-foto saja, sambil berjalan berkeliling. Sebenernya pingin banget digambar sketsa wajah dengan harga bersaudara, paket murmer cuma IDR.25.000 saja. Tapi apalah daya, si anak lanang ga bisa diajak duduk anteng, yaa sutralah, sing tuwo ngalah. Lanjut jalan-jalan sambil foto-foto saja. Mungkin next time, klu anak udah gedhean, mo ke sana lagi, pake jasa guide, biar lengkap ceritanya, dan diajakin sampe lantai atas ples ruang bawah tanah, yang klu masuk harus pake sepatu boot yang telah disediakan, karena di bawah sana lembab, berair dan tentu saja seremmm, hehehhee *horor* :P

Berikut cerita singkat tentang Lawang Sewu, dihimpun dari berbagai sumber, selamat menikmati :)

Lawang Sewu merupakan sebuah bangunan kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Gedung tiga lantai dengan 2 menara kembar di depannya dan bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Lawang Sewu terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang, atau di sudut jalan Pandanaran dan jalan Pemuda. Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu.


Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri bagian. Jika pengunjung memasuki bangunan utama, mereka akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda. Dengan segala keeksotisan dan keindahannya Lawang Sewu ini merupakan salah satu tempat yang indah untuk Pre Wedding.

Selain arsitekturnya yang indah, Gedung Lawang Sewu juga sarat akan nilai sejarah. Pada awal pembangunannya, gedung yang terletak tepat di depan Jalan Raya Pos Daendels ini digunakan sebagai kantor pusat NIS dan tempat tinggal pegawai Belanda. Kemudian pernah digunakan sebagai penjara bawah tanah oleh serdadu Jepang, lokasi pertempuran 5 hari di Semarang, hingga kantor pemerintahan pasca Indonesia merdeka. Saat ini pengelolaan Gedung Lawang Sewu berada di bawah PT KAI.

Bangunan yang dulu juga berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai NIS ini dilengkapi dengan ballroom, ruang makan yang luas, gedung serbaguna, hingga gedung pertunjukan berbentuk bahtera terbalik di lantai atas. Sayangnya tidak ada lagi perabotan yang tersisa di ruangan tersebut, yang ada hanyalah ruangan yang kosong dan hampa. Sedangkan ruang bawah tanahnya berupa ruangan-ruangan sempit, gelap, lembab, dan berair yang pernah digunakan sebagai penjara berdiri dan penjara jongkok membuat bulu kuduk meremang. Aroma kekejaman yang terjadi di masa lalu terasa dengan jelas.


Setelah cukup lama lawang sewu seperti tak terurus, akhirnya Lawang Sewu dilakukan pemugaran yang memakan waktu cukup lama, akhirnya selesai pada akhir Juni 2011 dan kembali dibuka untuk umum setelah pada tanggal 5 Juli 2011 diresmikan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan event Pameran Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk produk tradisional dari seluruh Nusantara.