Sunday, April 16, 2006

Arti Hadirmu

Hatimu..
adalah milikku
tempat kubangun istana cintaku

Mata hitammu..
adalah saranaku
melihat dunia dari dimensi lain

Hidungmu..
adalah nafas sejatiku
kan kuhirup udara kebahagiaan denganmu

Telingamu..
adalah pendengaranku
cara indah menikmati harmoni musik kehidupan

Tanganmu..
adalah pelindungku
yang setia menjagaku dari kejamnya arogansi

Kakimu..
adalah penopangku
menguatkan langkahku menjalani takdirNya


Lisanmu..
adalah andalanku
dimana kelembutan dan keramahan kata damaikan jiwa
Bahumu..adalah tempatku bersandarlabuhan hati dalam damai

Kau..
adalah cintaku
separuh nafas dan sepenggal jiwaku

Kau..
di dunia iniadalah tempat kubersandar
percayakan sisa hidupku

Kau..
untukmulah aku tercipta di dunia ini

DPD, 16 April 06
Monday, April 10, 2006

About us

Arzad Iwantoro

Aku lahir 21 tahun yang lalu tepatnya 28 Mei 1984 berarti 2 minggu setelah sayangku lahir, di hari yang sama juga. Aku dilahirkan dari rahim bundaku yang bernama Arie Anggraini yang kala itu masih belia. Bundaku di lahirkan tanggal 24 April 1967, wei berarti bulan depan beliau ultah ke 39 tahun (jadi bingung mo kasih apa?? apa dikasih mantu aja yaa..? ). Sedangkah bapakku, Abdul Said adalah seorang pengajar. Beliau orang yang sangat sabar, bahkan sering kali karena kesabarannya aku sering jengkel dibuatnya. (ga sopan banget :p). Beliau lahir tanggal 10 Juli 1959 perbedaan yang cukup jauh dengan ibuku, namun aku tidak melihat itu sebagai perbedaan, karena dirumah yang kulihat bapak sama ibu bisa saling mengisi dan memahami masing - masing, pengen rasanya seperti mereka kelak jika sudah berumah tangga, aminnn. O iya di rumahku ada lagi eyangku, beliau adalah orang ketiga selain bapak ibuku yang menyayangi dan mengasuhku, bahkan dulu aku juga memanggilnya ibu. Sampai akhirnya kedewasaan menyadarkanku bahwa dia adalah nenek-ku bukan ibu-ku

Allah menganugerahkan adik kepadaku setelah aku berumur 3 tahun tepatnya 28 Oktober 1987, adikku mempunyai nama depan yang sama denganku "Arzad", lengkapnya Arzad Sujadmiko Satria Aji, nama yang panjang kaya rel kereta Masa kecil kami lalui dengan penuh suka cita, gelak, dan tawa, tak jarang juga air mata. Sekarang dia sudah gede, sudah merantau ke tanah orang menuntut ilmu. Terakhir adikku yang paling kecil lahir, tanggal 3 Oktober 2003. Beda jauh ya sama kami berdua. Adikku yang ini perempuan nama depannya lagi lagi sama pula, "Arzad" (kayaknya dah jadi hak paten), nama lengkapnya Arzad Lintang Maharani. Keren-keren kan?? Bapak sama ibu paling jago emang pilih nama.

Keluargaku keluarga sederhana, bahkan mungkin sangat sederhana, terbayangkan bapakku hanya seorang PNS, sementara ibuku hanya seorang ibu rumah tangga biasa, dan eyangku seorang pensiunan. Namun di situ kutemukan banyak kebahagiaan dan aku sangat beruntung menjadi bagian dari mereka.
Kami tinggal di sebuah kota kecamatan di Blora, di mana jauh banget dari yang namanya kemacetan, polusi, sampah, banjir pokoknya beda banget sama kota Surabaya. Masa kecilku termasuk anak yang bandel pake banget, evident-nya masih terlihat jelas di sekitar lengan dan bagian lain dari tubuhku. Dari mulai memancing di kali, sampe pernah deh beberapa kali kesurupan (katanya mbah dukun, setan dari kali ) udah gitu ga pernah ada kapoknya lagi.

Sampai SMP aku masih berenang di desa ini, sampai ahirnya aku melanjutkan ke sekolah kejuruan tingkat atas di Purwokerto. Di sana aku menghabiskan 3 tahun umurku belajar tentang hidup, kehidupan dan keperluan hidup. Di kota ini aku mulai belajar mandiri, aku mulai belajar mengurus diriku sendiri tanpa campur tangan kedua orang tuaku. Aku juga mulai mendapatkan teman-teman baru dan dengan hobi yang baru pula. Aku mulai berpetualang di alam, mulai camping, hiking, semuanya deh. Sampai akhirnya aku lulus dan bekerja di sebuah perusahaan Telekomunikasi, dan di tempat inilah Allah mempertemukan kami


Ike Purnama Dewi

Aku terlahir ke dunia 21 tahun silam, di RSUD Mardi Waluyo di Blitar sana, tepatnya hari Senin, 14 Mei 1984, persis ketika adzan Maghrib berkumandang di malam waisak. Mungkin itu salah satu alasan mengapa wajahku bulet kayak bulan purnama. Ibuku, Penny Wahyu Marhaini cukup susah payah mengeluarkan aku dari rahimnya, maklumlah, putrinya yang satu ini cukup nakal dengan posisi sunsang. Alhamdulillah bsa lahir normal tanpa operasi. Sebenernya sih aku diplanning lahir bulan April, jadi bsa berurutan dari Ayahku (Alm. Purnomo, 23 Februari 1955), Kakakku (Dian Purnama Putra, 16 Maret 1977), Aku (Ike Purnama Dewi, yg diperkirakan bsa lahir April :D), dan Ibuku (Penny Wahyu Marhaini, 6 Mei 1956). Tapi apalah daya Allah tetap yang menentukan, ternyata aku gak mau nongol di bulan April, tapi nemenin ibuku di bulan Mei, dan di malam bulan purnama (sesuai nama bapakku). Subhanallah, suatu kebetulan yang indah :)

Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Kebahagiaan yang hakiki dalam hidupku, menjadi bagian dari mereka. Kesederhanaan Ayahku yang ketika hidupnya menjadi bagian dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan, serta ibuku, wanita mulia yang lebih memilih menjadi ibu rumah tangga membuatku tumbuh dalam lingkungan yang hangat. Menggembleng pribadiku menjadi dewasa dan penuh strategi. Sampai ketika Ayah meninggalkan kami semua 18 Februari 2006 kemarin, aku masih bsa tegar, berdiri di kakiku sendiri menjadi penguat ibu, juga partner kakakku, sang jurnalist dan interpreneur kebanggaanku

Masa kecilku yang sangat hyperaktif kadang membuat ortu gemes, memang perempuan, tapi kelakuan mungkin hampir mirip lelaki. Hobi utama, naek pohon jambu di depan rumah lamaku, berpetualang ke waduk sampai membuat ibuku keringat dingin, keliling desa naik sepeda, ngegodain anak kecil sampe nangis, berkelahi dengan teman (lelaki) ketika aku merasa diusilin, sampai pernah membuat kepala temanku bocor terkena sambitan mautku. Biarpun begitu, prestasi akademis maupun non akademis tak mengecewakan

Salah satu ambisiku, adalah hengkang dari Blitar selepas SMP, dan Alhamdulillah akhirnya terkabul juga. Aku masuk di salah satu SMKyang mentereng di Sawojajar Malang. Di situlah aku temukan jalan kebenaran. Aku mulai memakai jilbab, dan memperbaiki diri. Banyak belajar, dari mengatur jatah bulanan, mandiri, dan sebagainya. Pesan ayahku untuk tetap bagus di sisi akademis membuat adrenalinku selalu terpacu meraih yang terbaik. Kembali aku bergelut dengan beberapa organisasi dan jadi kakak tercerewet versi adek kelasku. Prestasi non akademis juga nggak mengecewakan, setidaknya pernah juga nyumbangin piala ke sekolah tercinta

Allah memang maha pengasih, setelah lulus aku bsa langsung bekerja di salah satu perusahaan Telekomunikasi, yaaa, di tempat ini pulalahaku menemukan dia, yang kuyakini bsa bersinergi denganku untuk menggenapkan setengah dienku, Amin....